Happy Reading All
🖤
.Saat ini Elvan tengah mengikuti kemana pun langkah mama nya dengan Vania yang sedang memilih-milih baju. Sangat malas sekali Elvan sebenarnya mengikuti mereka, padahal dirinya lebih baik duduk anteng saja di dalam mall ini. Daripada harus mengikuti kemana mereka pergi.
Jika tidak karena permintaan mamahnya, Elvan tidak akan mau capek-capek datang kesini dan mengikuti kemanapun mama nya yang memilih barang. Seharusnya, Elvan masih tidur dan jika pun sudah bangun tidur, Elvan akan bersantai ria di dalam kamar dan pasti, ia akan bermain basket karena basket adalah salah satu hidupnya. Ya, Elvan memang menyukai permainan basket itu.
"Tante, yang ini bagus ngga menurut tante?" Tanya Vania yang memegang sebuah setelah baju yang ia pilih.
Melita nampak berpikir. "Kamu lebih cocok yang ini si menurut tante, karena lebih anggun, cewe banget. Tante yakin, El juga suka, iya kan El?" Melita mengambil salah satu dari deretan baju yang menurutnya sangat bagus.
"Ngga. Dia ngga cocok pake apapun itu!" Balas Elvan dengan enteng. Ia lebih memilih melihat-lihat sekitar, sama sekali tidak ada yang menarik menurutnya.
"El! Ngga boleh gitu ah!" Tegur Melita.
"Nggapapa kok tante, El mah bukannya udah biasa kayak gitu?" Celetuk Vania.
"Siapa lo manggil gue El?" Celetuk Elvan yang tidak suka, panggilan semasa kecilnya disebut oleh sembarang orang. Elvan saja tidak mengizinkan teman-temannya memanggil nama dirinya dengan sebutan El, karena pasti, itu akan selalu mengingatkan dirinya dengan gadis kecilnya.
"Jodoh kamu. Calon mertua aja udah ngerestuin, iya kan tante Mel?" Ucap Vania dengan menoleh ke arah Melita.
Melita tersenyum dan mengangguk.
Berbeda dengan Elvan, raut cowok itu benar-benar datar sekali. "Ngarep lo! Gue aja gasuka sama lo."
•••Zelvano•••
Setelah selesai berkeliling mall dan barang yang dibeli sudah ada di tangan dengan menghabiskan waktu sekitar 3 jam lebih, akhirnya mereka pun memutuskan untuk makan dulu.
Melita memesan makanan pada pelayan yang menghampiri mereka dengan catatan menu yang akan dipilih mereka. Melita memesan makanan dan minuman yang sama.
"El kenapa? El ngga ikhlas ya bantuin mama? Mukanya cemberut terus, senyum kek sedikit mah."
Elvan menghela nafas pasrah. "El ikhlas kok mah, El cuma cape aja sama El juga ga betah lama-lama disini apalagi ada dia." Jawab Elvan dengan melirik sekilas ke arah Vania.
"Yaudah kalo kamu udah ngga betah, pulang duluan aja sana, biar mama sama Vania pulangnya naik taksi." Ujar Melita.
Raut Elvan berubah pias, akhirnya ia hanya bisa duduk pasrah.
"Emm Vania," ucap Melita menoleh ke arah Vania.
"Iya tante?"
"Tante seneeeengg banget kamu bisa nemenin tante belanja kayak gini. Biasanya mah, cuma El doang kalo ngga, ya Al."
"Vania juga seneng tante. Makasih ya tan, atas semuanya." Ucap Vania dengan tulus.
"Iya sayang.. sama-sama. Tante udah anggap kamu seperti anak sendiri, udah lama banget tante pengen anak perempuan. Karena kehadiran kamu, tante jadi bisa ngerasain gimana rasanya punya anak perempuan apalagi kayak kamu. Udah cantik, baik lagi." Melita tersenyum ke arah Vania. "Kalo anak tante mau sama kamu, tante bakalan seneng banget kamu jadi menantu tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELVANO [selesai]
Teen Fiction𝑰𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒖𝒓𝒏𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓, 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂...