Happy Reading All
🖤
."Van, Yan, yok latihan! Minggu depan kan mau ada pertandingan basket antar sekolah." Ajak Arven pada Elvan dan juga Bian, cowok itu berjalan hendak keluar kelasnya.
"Kaki lo masih sakit geh, udah ngga usah dipaksa, Ar. Kita lain kali aja latihannya," sahut Elvan yang mencemaskan keadaan Arven yang kakinya masih luka karena gigitan buaya waktu itu, sekarang saja, Arven memakai sendal jepit bukan sepatu.
"Justru itu, Van. Gue gamau manjain luka gue ini." Sama seperti Elvan, Arven orangnya keras kepala. Mau keadaannya seperti apa pun itu, Arven tetap memaksakan dirinya demi kepentingan bersama. Arven bukanlah orang yang lebih mementingkan pribadinya sendiri.
Elvan menghela nafas pasrah, percuma dirinya melarang Arven untuk latihan basket, yang ada Arven akan marah besar padanya. Elvan bukan takut Arven akan marah padanya, tetapi yang Elvan cemaskan adalah, keadaan Arven yang belum stabil.
Lihatlah, Arven saja berjalan masih sedikit pincang. Elvan tahu, Arven tidak ingin terlihat lemah.
"Terserah." Elvan pun bangkit dari duduknya dan menyusul Arven dan Bian juga yang ikut menyusul.
Sedangkan disisi lain, Vania, Salsa dan Meli kini tengah berhadapan dengan Jessica, Laura serta Aleta di tengah koridor.
"Lah, masih idup ternyata?" ucap Jessica dengan menyunggingkan senyum miringnya, menatap remeh ke arah Vania.
"Lah, masih ada disini? Gue kira sekarang lagi mendekam di penjara, eh," balas Salsa seraya menutup mulutnya dengan satu tangan. Dan itu berhasil membuat Jessica naik pitam.
"Gue ngga ada urusan ya sama lo! Mening lo bilangin ke temen lo ini, buat jangan deketin Elvan! Karena Elvan udah jadi calon tunangan gue!" tekan Jessica.
Salsa melirik Vania dan Meli yang berada di sebelah kanan dan kirinya seraya Salsa seperti menahan tawa, tidak mempercayai apa yang dikatakan Jessica barusan.
"Oh jadi lo juga suka sama Elvan? Gila ya, ternyata lo lebih halu daripada gue!" Vania setelahnya tertawa.
"Maklum gess, kemaren dia depresi karena mau masuk penjara," ucap Salsa lagi.
"Kalian ngga percaya sama omongan gue? Tunggu aja nanti undangan dari gue, tapi gue ogah juga si sebenarnya ngundang lo pada." celetuk Jessica.
"Siapa juga yang mau dateng ke acara halu! Haha!" sahut Salsa.
Vania berdehem. "Gausah diladenin gess, buang-buang waktu! Ayo jalan lagi." Vania serta kedua temannya pun melangkah santai lagi meninggalkan Jessica dengan dua babu nya, eh dua temannya.
Jessica menatap penuh dendam ke arah Vania. "Sombong lo! Tunggu pembalasan gue, Vania! Gue akan membuat hidup lo menderita jauh lebih menderita dibanding gue!"
"Jess, kalo boleh tau, apa yang buat lo benci banget sama Vania?" tanya Laura dengan hati-hati, ia takut akan kena semprot Jessica karena sudah bertanya seperti itu.
"Lo tanya kenapa gue benci banget sama dia? Karena dia, gue kehilangan kasih sayang kakek. Karena dia, gue kehilangan harta benda. Karena dia, gue juga kehilangan seorang ayah. Vania, dia selalu ngerebut bahkan hilangin apa yang gue suka! Jika dulu gue masih diem aja, sekarang ngga akan gue biarin Vania bebas ngerasain hidup!"
•••Zelvano•••
"Akhh!" Disaat Arven hendak melompat memasukkan bola basket, disitu kaki nya merasakan sakit, rasanya berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELVANO [selesai]
Teen Fiction𝑰𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒖𝒓𝒏𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓, 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂...