12 • Vania Demam

851 46 2
                                    

Hello, saya kembali 🧚

Ada yang nungguin cerita ini up ngga?

Happy Reading All

🖤
.

Saat ini Vania sedang badmood, ia melirik tidak suka ke arah Fazar yang sedang fokus mengemudi di sebelahnya. Bagaimana tidak? Fazar tadi tiba-tiba menjewer telinganya hingga masuk ke mobil disaat Vania sedang asyik-asyiknya bermain hujan-hujanan di taman.

Fazar terus mengomeli dirinya karena beraninya hujan-hujanan, katanya ia dulu sewaktu kecil pernah sakit sehabis hujan-hujanan. Menurut Vania, itu kan dulu, berbeda dengan sekarang. Jika dulu mungkin mentalnya belum terlalu kuat, tapi sekarang kan Vania sudah dewasa.. mental Vania tidak lemah!

Ha-hacish!

Tiba-tiba Vania bersin, dengan cepat Vania mengambil tissue yang berada di dekatnya itu. Lalu mengelapnya ke bagian hidungnya.

"Tuh kan abang bilang juga apa! Kamu gampang sakit kalo kena air hujan! Apalagi tadi malah sengaja hujan-hujanan!" Fazar melirik Vania sekilas, kemudian ia fokus lagi pada menyetirnya.

"Iya-iya, maaf. Vania kan cuma pengen ngerasain rasanya hujan-hujanan.."

Fazar terlihat menghela nafas pelan. "Yaudah, tapi lain kali jangan diulangi lagi."

"Oh iya bang, tadi waktu Nia hujan-hujanan, Nia jadi inget waktu Nia masih kecil pernah main hujan-hujanan bareng temen kecil Nia. Namanya El? Abang tau El kan? Kok abang ngga pernah ngasih tau soal ini si?"

"Oh, El? Iya, itu temen kecil kamu. Kalian selalu bareng, dulu rumah kita itu deket sama dia. Orang tua kita udah sahabatan lama sama orang tua nya El." Jawab Fazar apa adanya.

"Rumah kita deket? Emang sebelumnya kita pernah tinggal dimana?" Tanya Vania lagi, semakin ingin tahu mengingat masa lalunya kembali. Ya, karena waktu itu Vania mengalami kecelakaan berakibat kepalanya terkena benturan keras, membuat Vania mengalami amnesia, bahkan Vania waktu itu sempat koma selama beberapa bulan. Dulu, Vania masih kecil tetapi sudah mengalami benturan karena kecelakaan sebuah mobil kencang yang menabraknya.

"Di.. gatau, abang lupa. Nanti deh abang coba ingat-ingat lagi." Balas Fazar. Sebenarnya ia bukan lupa, melainkan hanya mengelak.

"Dih abang kan ngga amnesia kek Nia! Masa lupa?" Ujar Vania sedikit kesal.

"Emangnya lupa cuma yang dialami amnesia gara-gara benturan doang?" Tanya balik Fazar.

"Ohh, berarti abang udah tua, jadi pikun." Celetuk Vania dengan entengnya.

"Iyain deh, biar seneng."

•••Zelvano•••

"Mama mau kemana?" Tanya Elvan yang baru turun dari kamarnya sudah melihat mamanya hendak berjalan keluar rumah dengan menjinjing sebuah rantang. Malam-malam seperti ini, memang mamanya mau kemana? Tumben sekali keluar malam.

"Ini, mama mau ke rumahnya Vania. Tadi di chat, kata Vania dia demam jadi ngga main dulu kesini." Jawab Melita.

"Oh." Balas Elvan seperti tidak minat.

"Kamu mau ikut ngga? Mama yakin, kalo kamu ikut, Vania pasti langsung sembuh." Imbuh Melita, sekaligus menggoda.

"Nggak lah, emangnya El dokter?" Ujar Elvan kemudian ia melangkah menuju meja makan. "El mau makan."

"Yaudah, El jagain rumah ya. Mama ke rumah Vania dulu." Melita pun mulai melangkah keluar rumah tidak lupa menutup pintu rumah kembali setelah ia berada di luar.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang