08 • Paksaan Melita

795 45 1
                                    

Happy Reading All

🖤
.

Beberapa hari sudah berlalu, sudah banyak juga yang Vania lakukan dengan berbuat baik pada Elvan, namun tidak ada satupun perubahan yang membuat Elvan tertarik pada Vania. Yang ada, Elvan malah merasa risih karena Vania selalu mendekatinya.

Sikap Vania yang terlihat sok akrab padanya itu membuat Elvan ada perasaan semakin tidak menyukai gadis itu. Apalagi, Vania sekarang sangat akrab pada mamanya. Setiap hari, Vania tidak pernah absen datang ke rumahnya dan mengganggu waktunya. Yang membuat Elvan sebal adalah, mama nya juga mendukung Vania untuk selalu mendekati dirinya itu. Huh, sangat menyebalkan bagi Elvan.

Seperti saat ini, ini hari weekend, Elvan masih tidur nyenyak di kasur empuknya itu, namun tidur Elvan berhasil terganggu karena Vania terus membangunkan dirinya tidur. Elvan kesal karena gadis itu mengganggu tidur nyenyak nya, ia masih mengantuk, kenapa gadis itu terus memaksa dirinya untuk bangun?? Terlebih, kenapa bisa gadis itu seenaknya memasuki kamar dirinya? Elvan paling tidak suka, kamarnya dimasuki oleh sembarang orang.

Dengan kesal, Elvan mendorong tubuh Vania dengan lengannya karena sudah benar-benar kesal, hingga Vania jatuh terduduk di lantai.

"Itu karena lo ganggu waktu tidur gue!" Ucap Elvan dengan suara seraknya khas bangun tidur. Elvan pun kemudian bangkit, dengan malas ia melangkah memasuki kamar mandi.

Vania tersenyum, tidak masalah bokongnya ngilu karena menghantam lantai, yang penting Elvan sudah bangun dan mau mandi. "Yesss! Gue berhasil bangunin Elvan!" Ucapnya bersorak senang namun berbisik.

"Elvan abis mandi harus rapih yaa! Vania tunggu diluar kamar Elvan!" Vania terkikik geli kemudian melangkah keluar kamar Elvan.

Elvan tiba-tiba menyembulkan kepalanya di pintu. "Ke bawah ngga lo! Bilang aja lo mau ngintip gue kan?! Gue bakal lebih marah sama lo kalo lo masih ada di sekitar kamar gue!" Tekan Elvan, setelahnya ia kembali memasukkan kepalanya, menutup pintu kamar mandi dengan kencang.

Vania terperanjat kaget mendengar suara pintu yang ditutup kencang oleh Elvan, Vania mengelus dada sabar karena Elvan juga setengah berteriak ngomong nya tadi. "Iyaa, Vania bakal tunggu di bawah aja. Tapi kalo Elvan ngga ke bawah-bawah, Vania bakal kesini lagi!" Sahut Vania setengah berteriak.

Ketika Vania sudah keluar dari kamar Elvan, Vania melangkah hendak menuruni tangga. Namun langkahnya terhenti karena melihat Alvin keluar dari kamarnya.

"Lah, Vania? Kok bisa ada disini? Abis darimana?" Tanya Alvin heran.

"Abis dari kamar Elvan--"

"What?! Lo.. jangan bilang lo udah nikah sama El?!" Sela Alvin cepat, menatap tidak percaya ke arah Vania. Karena menurut Alvin, bagaimana bisa sembarangan orang memasuki kamar adeknya itu? Apalagi Alvin tahu betul, sikap Elvan seperti apa. "Kok gue ngga tau nikahnya?" Tanya Alvin polos.

Vania menatap Alvin dengan heran, bagaimana bisa Alvin berpikiran jika dirinya sudah menikah dengan Elvan? "Siapa juga yang udah nikah Alvin..? Gue cuma bangunin El karena disuruh tante Mel. Karena kita mau shopping.. Dan Elvan harus ikut!" Jelas Vania, ucapan yang belum sempat ia lanjutkan tadi malah salah diartikan oleh Alvin.

"Ooh, hehe. Gue kira lo udah jadi istrinya El yang bisa dengan gampangnya masuk ke kamar El." Alvin cengengesan, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Vania menggeleng pelan, ia kemudian melangkah lagi menuruni tangga dan menghampiri Melita.

"Gimana sayang? El nya udah bangun?" Tanya Melita yang sudah bersiap-siap. Memang, karena hari ini hari libur, maka Melita berniat pergi ke mall. Melita mengajak Vania untuk ikut bersamanya, dan Elvan yang harus menyupir mobil yang akan ditumpangi mereka sekaligus bantu-bantu mereka bawakan belanjaan nanti.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang