02 • Perkataan Menyakitkan

1.4K 68 1
                                    

Happy Reading All

🖤
.

"Kok lo berani si, nyatain suka sama cowok yang lo suka?" Tanya seorang gadis yang duduk di sebelah Vania.

Vania menoleh ke arah gadis itu, dia tidak mengenal gadis itu. "Ya biar dia tau." Jawab Vania.

"Iya juga si, menurut penilaian gue ya.. lo keren banget sumpah! Lo ngga malu nyatain perasaan suka lo itu sama orang yang lo suka!"

Vania tersenyum menanggapi ucapan gadis itu.

"Oh iya, kita belum kenalan. Kenalin, nama gue Salsabila Cyraya, panggil aja Salsa." Ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Vaniara Geisha Nadira, Vania aja." Balas Vania ikut memperkenalkan dirinya.

"Lo suka sama dia sejak kapan? Apa kalian dulu smp satu sekolah?" Tanya Salsa yang orangnya memang kepoan.

"Ngga, gue baru kenal sama dia tadi. Kita ketemu di depan kelas."

Salsa sedikit menatap tak percaya. "Asli yang bener lo? Lo kenal sama dia itu tadi?! Ngga lama dong?!"

"Iya."

"Oke-oke, ga semua orang kek lo. Btw, kita sahabatan mau ngga?" Tanya Salsa.

Vania semakin melebarkan senyumnya. "Boleh!"

Salsa terkekeh, ia kemudian merangkul pundak temannya. "Keluar yuk! Kita cari temen lagi yang beda dari kebanyakan orang!"

•••Zelvano•••

"Van, saran gue ya, lo mening pacaran deh sama Vania. Gue takutnya, lo belok." Ucap Arven dengan bercanda. Saat ini mereka sedang berada di kantin karena ini memang jam nya waktu istirahat.

Elvan melirik dingin ke arah Arven, sahabatnya memang kalau memberi saran, tidak ada yang benar. "Berani lo ngatain gue belok?" Tanya Elvan dengan dingin.

Arven tersenyum dengan mulut penuh makanan, ia menangkupkan kedua telapak tangannya. "Ampun raja, saya hanya bercanda." Ucap Arven setelah menelan makanannya.

"Belok itu apa Ar?" Tanya Aldo yang sedari tadi bingung apa maksud 'belok yang diucapkan Arven tadi. "Belok mah, bukannya jalanan? Jalanan belok, jalanan lurus."

"Al, lo mau gue ajarin tentang banyak hal ngga? Termasuk hal belok itu apa?" Tawar Arven yang sudah merasa gemas karena mempunyai sahabat seperti Aldo yang polosnya kadang suka kelewatan.

"Jangan nodain otak dia, Ar. Ntar lo kangen sama kepolosannya." Celetuk Elvan.

"Dih, justru kalo gue nodain, gue malah merasa bangga, Van. Karena gue udah mengajar dia jadi ngga polos lagi, suatu keberhasilan bagi gue." Arven menepuk dadanya bangga.

Elvan memutar bola mata malas.

"Aldo gamau otak Aldo dinodain sama Arven! Mana bisa otak dinodain?! Maksudnya, otak yang ada di kepala Aldo ini ditaro noda gitu? Berarti, harus dipotong dong?! Ih." Aldo bergidik ngeri membayangkannya.

"Astagfirullah." Arven mengelus dada sabar. "Van.. gue udah greget sumpah!"

Elvan terkekeh melihat Arven yang terlihat pasrah menghadapi kepolosan Aldo.

"Halo kalian! Boleh numpang makan disini ngga? Udah ngga ada tempat soalnya. Boleh kan gabung?" Tanya seorang gadis yang sedang membawa makanan yang tadi ia beli. Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Vania.

Mereka berempat seketika menoleh ke arah Vania. "Boleh, boleh! Gabung aja gapapa." Ujar Arven mengizinkan.

Vania tersenyum, ia duduk di kursi yang kosong, yaitu ada di sebelah Elvan, di sebelah Elvan lagi ada Bian.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang