33 • Bukan Takdir

863 33 2
                                    

Happy Reading All

🖤
.

"Pukul El, Gea! Pukul! Ayo pukul, El! Biar El ngerasain apa yang dulu Gea rasain. El minta maaf, Gea. Maaf untuk semuanya.. ayoo luapin kekecewaan kamu sama, El. El salah disini, El udah berani nyakitin Gea, sekarang Gea boleh banget bales ke El. Ayo lakukan amarahmu ke, El." Elvan kini memelas di hadapan Vania.

Setelah pulang sekolah, Elvan mengikuti Vania yang menaiki taksi hingga sampai ke rumahnya. Baru saja Vania sampai rumah dan baru ingin menaiki sedikit anak tangga untuk memasuki rumahnya, Elvan langsung menghentikan langkah Vania. Vania sedari tadi memang tidak menyadari jika Elvan mengikutinya dan baru sekarang dirinya menyadari hal itu.

Vania menatap Elvan datar, cowok itu berlutut di hadapannya. Sesak. Rasanya sesak setiap melihat wajah Elvan yang sekarang serta mengingat kenangan masa kecilnya dulu dengan Elvan.

"Pulang," ucap Vania dengan cuek. Sekalipun Elvan sudah berlutut dan terlihat memohon dihadapannya, Vania tidak peduli.

"El ngga akan pergi sebelum Gea pukul, El. El harus ngerasain apa yang Gea rasain dulu karena El." Elvan tetap kekeuh, cowok itu sudah berlutut di hadapan Vania, berharap bisa merasakan pukulan Vania pada dirinya.

"Gue udah bilang, kalo sekarang gue bukan Gea, tapi Vania. Gue tau, lo rela kayak begini karena Gea, bukan Vania. Jujur aja, lo benci kan sama Vania? Lo gasuka sama Vania? Melainkan lo cinta nya sama Gea. Lo berhasil udah nemuin Gea yaitu gue yang dulu, tapi lo ga berhasil karena pada kenyataannya, lo gasuka sama gue yang sekarang sebagai Vania." ujar Vania panjang lebar.

Vania juga sebenarnya rindu pada teman masa kecilnya, yaitu Elvan. Namun mengingat kejadian kemarin-kemarin, dirinya rasa, yang diinginkan oleh Elvan adalah Gea, dirinya dulu, bukan yang sekarang sebagai Vania.

Sangat jelas sekali, bahwa Elvan tidak menyukai Vania, lalu bagaimana bisa Elvan mencintai dirinya? Karena dirinya adalah Gea? Lalu jika dirinya bukan Gea, apakah Elvan akan tetap bersikap seperti ini? Mungkin tidak akan, bahkan tidak akan sudi Elvan sampai berlutut dihadapannya seperti saat ini.

Elvan bungkam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Yang dikatakan Vania barusan memang sedikit ada benarnya.

"Ngga bisa jawab kan lo? Udah, mening lo sekarang pulang. Lupain Gea karena mulai sekarang, hubungan kita putus, ngga akan kek dulu lagi. Lo gabisa nerima Vania, yang berarti, lo gabisa nerima Gea yang sekarang." Setelah mengatakan seperti itu, Vania berbalik badan kemudian menaiki sedikit anak tangga di depan rumahnya dan mulai membuka pintu masuk rumahnya, meninggalkan Elvan yang masih bergelut dengan pikirannya serta masih posisi berlutut.

Setelah memasuki rumahnya, di balik pintu masuk rumahnya, Vania menyender di balik pintu tersebut yang sudah tertutup rapat. Tiba-tiba saja matanya mulai memanas, Vania benci pada dirinya sendiri ketika mengingat kenangan masa yang sudah terlewat, dirinya akan merasa sedih. Karena, di masa lalu dirinya begitu terlihat bahagia dan tanpa ia duga, bahwa di masa sekarang.. semuanya mulai berubah. Kenapa sifat manusia suka berubah?

"GEA DAN VANIA EMANG DUA NAMA YANG BERBEDA, NAMUN SATU ORANG YANG SAMA. EL MENCINTAI, GEA. SEBELUM TAU KALO VANIA ITU GEA, ELVAN MEMANG TIDAK MENYUKAI VANIA, LEBIH TEPATNYA TIDAK SUKA DENGAN TINGKAH VANIA. TAPI SETELAH TAU KALO VANIA ITU GEA, RASA TIDAK SUKA ITU PERLAHAN PUDAR. Ego El.. udah kalah sama hati kecilnya, El."

"Karena sekarang, Elvan baru sadar, bahwa Elvan ternyata mencintai Vania. Jauh sebelum Elvan tau, kalo Vania adalah Gea. Ntah kebetulan atau apa, tapi yang pasti, Elvan seneng, hati Elvan mencintai seseorang yang tepat, sangat tepat sekali."

Vania tidak bisa tidak menangis hebat saat ini kala mendengar apa yang Elvan ucapkan barusan, di balik pintu, mati-matian Vania menahan agar isakannya tidak terdengar oleh Elvan.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang