24 • Bersembunyi

604 34 3
                                    

Happy Reading All

🖤
.

"Mobil siapa itu?" gumam Elvan heran ketika melihat ada sebuah mobil yang tidak ia kenal ada di perkarangan rumahnya.

"Oh iya, lupa gue, itu pasti mobil orang yang mau dijodohin sama gue. Ogah banget nemuin mereka sebenarnya." Elvan melihat-lihat sekitar, tepat sekali, ia memberhentikan motornya di depan rumah Vania di seberang. Netra Elvan menatap ke arah rumah Vania, ia menatap balkon kamar yang Elvan yakini, itu pasti kamarnya Vania.

"Daripada gue kabur ngga jelas kemana, keknya disitu aman." Elvan menerbitkan senyum kecilnya ketika sebuah ide muncul di benaknya. Namun tidak berapa lama kemudian, cowok itu segera menggeleng. "Apaansi lo El! Mulai ngga waras lo! Yang ada tuh anak kesenengan, mana mulutnya ember." Elvan menepis lagi ide nya barusan. Tidak, ide nya barusan adalah hal yang buruk menurutnya.

Saat Elvan ingin menghidupkan lagi motornya, tetapi motornya tidak bisa hidup. "Lah, ngapa nih motor? Ck, anjir! Keabisan bensin! Gabisa dong gue kabur?" Dengan terpaksa, dengan masih memakai helm di kepalanya, cowok itu mendorong motornya dan menaruhnya di tempat yang pas untuk bersembunyi, yaitu di samping rumah Vania.

Tidak ada pilihan lain lagi bagi Elvan, dibanding dirinya harus bertemu dengan orang yang ingin dijodohkan dengannya itu, lebih baik Elvan bersembunyi saja di rumah Vania, lebih tepatnya dirinya akan ke kamar Vania memanjat lewat balkon kamar Vania. Karena jika dirinya ke tempat apartemen Bian lagi, pasti, bodyguard papa nya itu akan menemuinya dan membawanya pulang.

Elvan sudah menerka hal itu karena waktu itu sudah pernah terjadi, dimana dirinya berada di apartemen Bian sawaktu itu, tiba-tiba saja bodyguard papa nya langsung memaksanya pulang karena katanya, Elvan harus ikut ke acara urusan penting papanya itu tetapi Elvan sat itu terus menolak.

"Kalo ada Alvin, kenapa harus gue?" Elvan mendengus pelan. "Toh, Alvin yang lebih dibanggain kenapa harus gue yang dijodohin?"

Setelah menyembunyikan motornya yang sudah pasti, tidak akan ketahuan, Elvan pun mulai mengendap-endap ke rumah Vania. Cowok itu mulai memanjat ke arah balkon Vania, sangat mudah baginya untuk sampai kesana.

"Semoga aman," katanya dengan bergumam. Elvan juga melihat-lihat sekitar, ia harus tetap waspada, jika ketahuan, bisa dikata maling dirinya.

Hap

Elvan akhirnya berhasil sudah berada di balkon kamar Vania, ia sudah melewati pagar balkon dengan baik.

"Terus gue ngapain ya? Masa iya gue berdiri disini sampe tuh mobil pergi dari rumah gue? Yakali, gue nya juga bakal keliatan dong?" Elvan pun memutuskan untuk langsung mengetuk pelan kaca kamar Vania. Semoga saja benar, ini kamar Vania, bukan kamar Fazar. Karena Elvan pernah melihat Vania berdiri di balkon ini sedang menampung air hujan dengan kedua telapak tangannya waktu itu.

"Perasaan, gue kok jadi banyak omong gini ya?" Elvan jadi heran sendiri dengan dirinya, padahal Elvan ini biasanya jarang bicara, maksudnya mengeluarkan suaranya tidak panjang kali lebar seperti saat ini, ia biasanya hanya bicara seadanya.

Sedangkan di sisi lain, Vania baru saja habis dari kamar mandi, tiba-tiba saja dirinya mendengar suara seperti orang sedang mengetuk-ngetuk kaca dari balkon. Vania juga melihat sebuah bayangan di balik gorden.

"Astagfirullah." Vania beristighfar berkali-kali, gadis itu menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba Vania merasa merinding sendiri. Namun tak urung, gadis itu berjalan pelan menuju balkon.

"Woy! Buka!" Vania juga mendengar suara orang bisik-bisik dengan nada mendesak.

"Orang bukan ya? Kalo setan gimana? Terus kalo maling gimana?" gumam Vania masih merasa takut. Gadis itu kemudian dengan perlahan, menyingkap sedikit gorden agar bisa melihat siapa orang di luar balkon kamarnya, karena tidak mungkin orang itu adalah Fazar, perasaan Abangnya beberapa jam yang lalu keluar kamarnya dan tidak mungkin tiba-tiba berada di balkon kamarnya.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang