Haii
Siapa yang nungguin cerita ini up?? Huhu, maaf kalo aku ngga setiap hari up nya, karena keselang sama kesibukan..
Penuhin komen disini dong biar bikin aku semakin semangat buat nulis dan biar cepet-cepet ke end. Pengen cepet-cepet ke end ngga nih??
Happy Reading All
🖤
."Sejauh apapun dia pergi, kalo dia memang ditakdirkan untuk kita, dia tidak akan kemana."
"Itulah jodoh. Mau sekuat apapun mempertahankan, kalo bukan jodoh ya mau gimana lagi? Allah sudah merencanakan takdir kita jauh lebih baik dibanding alur yang sudah kita harapkan."
Elvan tidak sengaja mendengar percakapan orang yang penampilannya, seperti seorang santri, mungkin seusia dengannya juga. Elvan kini berada di tempat tukang jualan sate yang berjualan sudah lama di depan gang rumahnya.
Cowok itu sedang membeli sate karena ntah mengapa ingin membelinya sekalian dibawa pulang ke rumah, tetapi dia malah mendengar pembicaraan orang yang membuatnya merasa sadar dan tertampar di setiap kata yang diucapkan oleh lelaki berbaju kokoh hitam putih tersebut, tidak lupa memakai kopiah hitam, orangnya benar-benar terlihat bersih. Elvan yang melihat penampilan cowok itu, sedikit membuatnya merasa insecure.
Elvan duduk dikursi seraya menunggu pesanan nya.
"Gue pernah denger kalimat kayak gini, 'Allah sengaja menghancurkan rencanamu agar rencanamu tidak menghancurkanmu.' apa bener?" tanya temannya santri tersebut, dia tidak berpenampilan semacam lelaki santri yang ada di sebelahnya, melainkan seperti penampilan remaja pada umumnya, memakai kaos biasa.
"Seperti yang saya bilang tadi, Allah mau yang terbaik untuk kita. Asal, kita selalu ingat sama Allah. Menjalani perintahnya, dan menjauhi larangannya," jawabnya.
Temannya santri itu kemudian menganggukkan kepalanya mengerti.
Elvan memberanikan diri untuk bertanya pada santri tersebut, ia menghampiri mereka. "Hai, boleh gabung?"
"Assalamualaikum," ralat lelaki berkokoh hitam putih tersebut dengan ramah. Ya, yang Elvan pikir anak santri mungkin.
"Waalaikumsalam," jawab temannya yang mengucapkan salam.
"Eh, assalamualaikum," ralat Elvan jadi merasa tidak enak. Untuk pertama kalinya dirinya merasa tidak enak seperti ini.
"Waalaikumsalam," jawab keduanya.
"Ada apa ya, Mas?" tanya lelaki yang tadi meralat ucapan Elvan.
"Maaf sebelumnya, tadi gue ngga sengaja denger pembicaraan kalian. Emm.. gue boleh nanya?"
"Boleh,"
"Sok mangga, nanya aja bro! Kalo mau nanya-nanya tentang islam, hampir semuanya bisa dia jawab, jadi ngga usah sungkan buat nanya sekalipun kita baru kenal, hehe." ucap lelaki yang tidak memakai kopiah tersebut, dia temannya yang menjawab membolehkan untuk Elvan bertanya padanya.
Elvan hanya tersenyum menanggapi. "Kalo kita menyukai sesuatu, kita harus mendapatkannya bukan? Karena kita menyukai sesuatu tersebut. Jika kita terus memperjuangkannya sekalipun dia tidak bisa didapatkan, tapi kalo yang namanya usaha, pasti tidak akan menghianati hasil?" tanya Elvan.
"Menyukai sesuatu boleh, tapi jangan sampai berlebihan. Jangan sampai ngotot ingin mendapatkan sesuatu tersebut jika sesuatu tersebut memang bukan untuk kita. Artinya, balik lagi sama yang namanya takdir. Kalau memang takdir, pasti akan menjadi milik kita, namun jika bukan, berarti Allah sedang merencanakan takdir kita jauh lebih baik dari sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELVANO [selesai]
Novela Juvenil𝑰𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒖𝒓𝒏𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓, 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂...