Happy Reading All
🖤
.Suara motor sport terdengar mulai memasuki perkarangan sekolah, banyak murid-murid yang menyaksikan kedatangan empat motor sport tersebut. Keempat motor tersebut mulai berhenti kala sudah memarkirkan motornya di parkiran sekolah yang sudah disediakan. Tentu, mereka memilih tempat yang adem.
Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka secara terang-terangan, mereka terpukau akan pesona empat orang laki-laki yang sudah melepaskan helm full face nya.
Mereka berempat menyugar rambutnya kebelakang. Salah satu orang dari mereka, menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan seraya mengaca di spion motornya dengan gaya sok ganteng. Bukannya sok ganteng juga si, tapi dia memang terlihat tampan.
Cowok itu bernama Arven Arionanda, sebut saja Arven. Arven melambaikan tangannya pada para siswi yang tak sengaja Arven lihat tengah menatap dirinya. "Hai!" Sapa nya seraya tersenyum manis.
Para siswi yang merasa cowok itu membalas tatapan mereka lalu menyapanya, dibuat kegirangan sendiri.
"Buset, berasa artis gue." Celetuk cowok yang berada di samping Arven. Rautnya jika dilihat-lihat terlihat begitu polos. Dia adalah Aldo Bagaskara Danu, sebut saja Aldo.
"Nasib punya temen kek artis ya gini, Al." Balas Arven sangan pede.
"Dih, pede bener!" Ucap Aldo.
"Yuk ah! Ke kelas! Gue pengen liat kelas kita kek gimana ya? Semoga aja bagus!" Ucap Arven seraya turun dari motornya. Arven merangkul pundak satu temannya yang terlihat merasa tidak betah terus berdiri disini.
Dia Zelvano Agrayansyah Leondra, Elvan.
"Ayok!" Ajak Aldo antusias.
Sedangkan satu orang diantara mereka berempat, terlihat masih anteng nangkring di atas jok motor nya. Rautnya terlihat datar. Dia Albian Raditya Anjello, Bian.
"Masyaallah, Yan.. lo kenapa masih asik nangkring disitu? Gamau ke kelas lo?" Tanya Arven menggelengkan kepalanya pelan.
Bian memutar bola mata malas, ia kemudian turun dari motornya lalu melangkah mengikuti temannya yang mau ke kelas.
Ini hari pertama pelajaran baru dimulai, dan mereka berempat adalah siswa baru di SMA Dirgantara ini. Baru memasuki kelas X.
Saat berada di lorong, banyak para tatapan kaum hawa yang menatap mereka secara terang-terangan. Arven membalasnya dengan sapaan dan senyumnya tidak pudar sedari tadi. Dikata sok kenal dan sok akrab tidak masalah, karena Arven memang mempunyai jiwa yang friendly, Arven tidak betah jika tidak menyapa pada orang yang ia lewati. Sedangkan Aldo hanya membalas mereka dengan senyum ramahnya. Berbeda dengan Arven dan Aldo, maka Elvan dan Bian hanya menatap datar ke depan seraya terus melangkah.
Elvan memakai earphone di kedua telinganya, begitu tenang ketika melewati lorong.
Sesampainya di depan kelas, langkah mereka berempat terhenti karena ada seseorang yang menghalangi.
"Bian? Bian sekolah disini juga?" Tanya seorang gadis berkuncir kuda dengan tas di punggungnya. Ia terlihat tersenyum manis pada mereka.
Bian yang merasa kenal dengan gadis itu, ia menganggukkan kepalanya. "Vania?"
Sifat Bian memang dingin, tetapi jika kepada orang terdekat, Bian tidak terlalu bersikap dingin. Dan Bian kenal dengan gadis di depannya ini karena mereka adalah saudara sepupu.
"Gue masuk kelas 10 Ipa 2. Lo berapa Bi?" Tanya Vania.
"Sama." Jawab Bian.
"Wah berarti kita sekelas dong?!" Ucap gadis itu terlihat girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELVANO [selesai]
Teen Fiction𝑰𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒖𝒓𝒏𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓, 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂...