16 • Takut Petir

700 39 2
                                    

Haloo guys, aku kembalii

Part spesial Elvan dan Vania nih🤩😍

Happy Reading All

🖤
.

"Elvan mimpi apa? Kenapa Elvan nyebut Gea sama El? Kenapa sebutan itu mirip sama yang waktu itu gue ingat pas gue hujan-hujanan kemarin?" Beo Vania.

JDERRRR!

"Huaaaa!" Suara petir yang kencang dengan refleks, Vania langsung memeluk Elvan yang masih asik tertidur itu, Vania memejamkan matanya seerat mungkin. Jantungnya kini benar-benar berpacu jauh lebih cepat, serasa nyawa beneran sedang melayang saat ini juga.

Setelah bunyi petir yang menggelar, setelahnya di luar hujan mulai turun dengan derasnya.

Elvan langsung terbangun dari tidurnya saat merasakan seseorang memeluknya dengan begitu erat. Cowok itu berusaha sadar, ia membuka matanya dan dengan fokus ia menatap seseorang yang tengah memeluknya ini.

"LO?!" Elvan langsung menjauhkan dirinya dari Vania, menatap terkejut karena keberadaan Vania yang tengah memeluknya tadi. Menepis kasar tangan Vania yang menempel di pergelangan tangannya.

Tatapan Elvan yang tadinya tajam perlahan meluluh, melihat Vania yang sepertinya tengah ketakutan dengan kepala yang terus tertunduk.

"Hikss, takut.." lirih Vania.

"Lo kenapa?" Untuk pertama kalinya, Elvan berujar seperti itu. Yang biasanya jika berbicara dengan Vania selalu ketus, dingin, emosi itu sekarang berubah menjadi sedikit lebih lembut, ingat! Sedikit!

Vania masih belum menjawab.

Ntah mengapa, merasa dirinya tak diacuhkan oleh gadis yang berada di hadapannya ini, membuat Elvan jadi merasa kesal. Elvan menyesal sudah bertanya seperti itu.

"Ck! Nyesel gue nanya! Dah, gue mau ke kelas!" Saat Elvan bangkit, Vania langsung menahan pergelangan tangan Elvan. Vania mengangkat wajahnya ke arah Elvan, terlihat Vania menangis.

"Ja-jangan pergi.. hiks." Mohon Vania.

"Ya serah gue lah, lepas ga?!" Elvan lagi-lagi menepis kasar tangan Vania yang terus menahan pergelangan tangannya. Elvan tahu, gadis itu kelihatan sedih, dan Elvan tidak tahu apa penyebabnya. Padahal, sebelum-sebelumnya, belum pernah dirinya melihat Vania menangis.

Tapi apa urusannya jika gadis itu tengah bersedih? Perasaan, Elvan belum mengapa-ngapakan gadis ini, dirinya saja baru terbangun tidur dan setelah bangun tidur tadi malah dihadiahi dengan pelukan Vania yang membuat dirinya terbangun. Lalu, gadis itu malah menangis.

Padahal, Elvan belum berkata kasar pada gadis itu, malah Elvan tadi berkata lembut. Tapi kenapa gadis itu menangis? Ah bodo amat, memangnya Elvan peduli? Tidak.

Vania melepas pegangannya terhadap pergelangan tangan Elvan, Vania sebenarnya trauma akan suara petir tadi. Vania hanya bisa menundukkan kepalanya takut.

"Vania takut.. suara petir tadi.." lirih Vania, namun ternyata terdengar oleh Elvan. Elvan yang mau melangkah meninggalkan Vania itu jadi menghentikan langkahnya seketika. Ia menoleh ke arah Vania kemudian ia menoleh ke arah luar, melihat lewat kaca yang transparan ternyata di luar sana sedang hujan deras.

Ah, apa tadi ada suara petir yang menggelegar? Elvan tadi tidak mendengarnya. Jadi disini, Vania takut petir? Karena suara petir tadi, oleh karena itu Vania langsung memeluknya? Begitu kah? Elvan jadi merasa kasihan melihat raut Vania yang masih begitu ketakutan. Gadis itu pun bahkan tidak menghalangi langkahnya ataupun menyusul nya, gadis itu masih diam di tempat.

Dan ntah mengapa, Elvan tertarik untuk menghampiri Vania. Elvan terlihat menghela nafas panjang. "Lo takut petir?" Tanya Elvan. Bagaimana pun juga, Elvan masih mempunyai hati terhadap sesama manusia, sekalipun pada orang yang tidak ia sukai.

Vania mendongak, ia menatap Elvan, ia kemudian mengangguk lemah.

Suara petir kembali lagi dengan suara yang tidak sekencang tadi, Vania menutup telinganya takut.

Elvan berpikir sejenak, ia mempunyai earphone yang berada di saku celananya. Elvan kemudian mengambil earphone nya dan mengulurkan tangannya memberikannya pada Vania. "Pake."

Elvan menaruh ponselnya ke meja yang berada di dekat Vania.

Vania mengambil earphone milik Elvan itu, lalu memakainya ke telinganya. Jika Vania tidak sedang merasakan takut, mungkin sekarang ia akan loncat-loncat girang.

Melihat Vania mode kalem seperti ini, ntah mengapa membuat Elvan merasa tenang. Cowok itu tanpa sadar tersenyum tipis, sangat tipis. Perasaannya kini sedang tidak merasa kesal meski berada di dekat Vania.

Elvan kembali duduk lagi di tempat yang tadi ia duduki dan tertidur disana. Ia meraih buku yang tadi ia bawa kesini, ia harus membaca buku itu dan mempelajarinya. Karena memang, ia berniat kesini itu tadinya ingin memahami beberapa bab yang ada di buku ini, eh malah tadi ketiduran dan lupa pada akan niatnya itu.

Mana Elvan malas sekali jika harus membaca dan memahami isi buku jika tidak karena terpaksa. Tapi yaa karena dirinya sedang ada niatan untuk belajar, maka dari itu, Elvan mau memahami isi buku tersebut karena besok, akan ada ulangan harian juga. Sebenarnya Elvan itu pintar, tapi karena Elvan terlalu malas akan belajar, jadi ya gitu. Nilainya jadi anjlok karena tidak mengerti dari setiap soal yang tidak pernah ia pelajari. Elvan juga sering tidur saat guru sedang menjelaskan materi.

Sedang fokus-fokusnya Elvan membaca buku, ternyata tanpa dirinya sadari, Vania terus melihat ke arahnya dengan terus tersenyum. Sepertinya Vania sudah membaik, ia tidak terlihat sedih lagi karena ia mendengar lagu yang bikin mood nya kembali naik lagi.

Vania menggeser duduknya lebih dekat dengan Elvan, karena gadis itu memakai earphone ke kedua telinganya, satunya lagi ia copot kemudian memasangkan satu earphone ke satu telinga Elvan. Hingga, satu earphone itu dipakai dua orang.

Elvan langsung menoleh ke arah Vania kala ia mendengarkan suara musik yang menenangkan. Terlihat, Vania tersenyum manis ke arahnya dan tanpa sadar, senyum itu menular ke Elvan, Elvan tersenyum tipis. Vania yang melihat Elvan tersenyum ke arahnya meski tipis itu seketika merasa sangat senang, ingin rasanya teriak tapi ia ingat, jika ini tempat perpustakaan.

"Elvan jangan senyum.. Vania ngga kuat." Lirih Vania.

Sadar apa yang tengah ia lakukan, Elvan kembali menatap sinis ke arah Vania. "Masih ada suara petir, lo penakut, pake dua-duanya. Jangan ganggu gue." Elvan melepaskan earphone yang menempel di satu telinganya itu, ia kemudian menggeser duduknya agar tidak berdekatan dengan Vania.

"Ternyata, Elvan peduli ya sama Vania? Makasih ya Elvan." Kata Vania dengan tulus. Vania kali ini menuruti perkataan Elvan, ia tidak akan mengganggu Elvan dulu.

"Lebih tepatnya gue itu kasian sama lo." Cetus Elvan.

•••Zelvano•••

TBC

Ck, Elvan.. Elvan..

Kapan Elvan mau nerima Vania? Kapan yaa..🤸

Elvan sama Vania itu bakal bersatu ngga si? Ikuti alur takdir yang dibuat Auzeeel ya bestie, nanti juga bakal tau, wkwk. Sabar ya, kalo baca sampe selesai juga, bakal tau 😅

Mau nanya, kalian lebih suka happy end apa sad end?? Nanya doang, masih lama end nya, wkwk, baru juga sampe part 16..

Seperti biasa, mana spam next nya bagi yang masih mau lanjut bacanya➡️

Vote, komen, follow jangan lupa, ga maksa si, suka-suka kalian aja🙆

Dahlah, see u next chapter ya guys ⛹️🧚🐾

Sudah direvisi ✓

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang