34 • Jagain Vania

842 30 15
                                    

Happy Reading All

🖤
.

Elvan menatap pemandangan di bawah sana dengan raut yang sulit diartikan. Dari arah balkon, Elvan dapat melihat bagaimana terlihat antusias nya Vania dengan Arven. Dulu, Vania juga seperti itu padanya, dari waktu kecil maupun saat mereka dipertemukan kembali.

Elvan belum tahu pasti, apakah benar, dia mencintai Vania? Vania dan Gea adalah satu orang yang sama, raga yang sama juga jiwa yang sama. Vania adalah Gea, gadis yang ia cari dari sekian lama, gadis yang sangat Elvan rindukan dan gadis yang sangat berarti baginya.

Tadi, tepatnya saat Maghrib, Elvan jatuh pingsan lantaran dia membiarkan dirinya terus menerus diguyur air hujan serta angin yang menusuk sampai tulang nya. Elvan tidak kuat akan dirinya yang terus berlama-lama berdiri di depan rumah Vania, selama tiga jam lamanya. Hatinya bersikukuh untuk tetap berdiri di sini sampai Vania memaafkannya juga bisa memukulnya, jika Vania tidak ingin memukulnya, maka cari ini yang bisa Elvan lakukan.

Elvan tidak peduli jika nanti dirinya akan jatuh sakit, sakit fisiknya tidak setara dengan sakit hati yang dirasakan Vania.

Sudah berkali-kali Elvan menahan dirinya agar tidak tumbang, namun karena dirinya dari pagi sampai sore belum makan, sehingga dirinya merasa lemah. Bibirnya tadi sudah terlihat pucat. Beruntung tidak lama kemudian saat dirinya jatuh pingsan, katanya Alvin yang menolongnya karena tidak sengaja melihat dirinya diposisi yang mengenaskan.

Hingga berakhir lah, dirinya demam. Baru 30 menit dirinya beristirahat di kamar, namun saat netranya tidak sengaja melihat ke arah luar lewat balkon yang gorden nya belum ditutup sepenuhnya, Elvan seperti mengenal motor sport yang berada di depan pagar rumah Vania, membuat Elvan jadi penasaran. Itu motor Arven, dan ya, yang duduk anteng di motor itu juga adalah Arven orangnya. Kenapa Arven bisa ada di depan rumah Vania? Juga ada Vania yang terlihat mulai menghampiri Arven.

"Ngga, ngga bisa dibiarin. Gue tau, lo suka sama Vania, Ar. Tapi gue belum rela, dia dideketi sama cowo lain.." lirihnya. Elvan kemudian melangkah mengambil jaketnya, tidak peduli meski kondisinya belum stabil, Elvan harus mengikuti kemana perginya mereka. Elvan sudah berjanji, bahwa Elvan akan selalu menjaga Vania. Cukup beberapa bulan belakangan ini dirinya tidak menghiraukan Vania, kali ini, Elvan harus bisa membuktikan janjinya, bahwa Elvan, akan selalu menjaga dan melindungi Vania.

Ya, Elvan harus terbiasa menyebut nama gadis itu Vania. Jangan hanya karena dia Gea, Elvan tetap tidak menyukai Vania namun hanya menyukai Gea. Elvan tidak membenarkan kalimat itu.

Elvan bergegas keluar dari kamarnya, namun menemukan Mama nya yang merasa heran kenapa dirinya keluar kamar? Padahal keadaan nya masih lemas.

"Lho, El, kamu mau kemana?" tanya Melita bingung.

"Mau jaga Vania," jawab Elvan.

"Hah? Kondisi kamu aja belum stabil, lagak nya pengen jaga Vania." Sindir Rayan sengaja.

"Ntar pingsan lagi siapa yang mau nolongin?" cetus Alvin.

"Tapi ini penting, Vania mau pergi sama cowo, El cuma nggamau Vania kenapa-napa." Setelah mengatakan itu, Elvan lalu setengah berlari keluar dari rumahnya, mengendarai motor sport nya dan mulai mencari jejak Arven yang memboncengi Vania.

•••Zelvano•••

"Arven, yang kenceng napa bawa motornya," ujar Vania setengah berteriak agar Arven bisa mendengar dengan jelas.

"Emangnya lo ngga takut naik motor kenceng?" tanya balik Arven dan melirik sekilas wajah Vania lewat spion kaca motornya.

"Ngga, gue udah biasa kalo naik motor kenceng. Bang Fazar soalnya kalo bawa motor, kayak orang kesetanan, meski sedikit ngeri tapi seru!" ucap Vania dengan antusias.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang