23 • Kapan?

608 40 9
                                    

Haloo

Buat yang pengen part nya dipanjangin lagi, nanti yaa. Ini mah soalnya aku buat ceritanya dari dua hari yang lalu sebelum aku up part kemaren, yang berarti sebelum kamu komen😁 aku ngga pernah nulis sampe 2000 kata itu satu part, takut kalian merasa bosen. Tpi ya bisa aja, kalo lagi mood banget atau ide lagi lancar, hhe.

Happy Reading All

🖤
.


"Eh Kakak Bian pulang? Masih inget punya rumah ya ternyata."

Bian tidak menghiraukan ucapan mama tirinya itu, ia terus melangkah ke arah kamarnya.

"Dasar, anak tidak punya sopan santun. Aku akan bilang sama mas Bayu, biar dia dikasih pelajaran sampai kapok," gumam ibu tiri Bian, namanya Fela.

Bian memasukkan kunci ke pintu kamarnya agar bisa terbuka. Memang, Bian selalu mengunci kamarnya dan selalu membawa kuncinya meski ia sendiri tahu, kunci cadangan tetap disimpan di rumah ini.

Bian membuka pintu kamarnya dan melihat suasana kamarnya yang jauh dari kata rapi. Emosi Bian mulai menggebu ketika netranya melihat ke arah seseorang yang tengah asik memainkan ponselnya di kasur king size miliknya.

Dulu, kamar Bian selalu rapi, tidak pernah yang namanya kamar Bian terlihat berantakan. Namun karena kedatangan gadis ini yang tinggal satu atap dengannya, semuanya berubah. Seolah-olah, semua yang di rumah ini adalah milik si gadis itu, dia bebas melakukan apa saja, dan Bian benci itu. Oleh karena itu, Bian lebih baik pulang ke apartemennya dibanding dia harus pulang ke rumahnya sendiri.

Jika dulu rumah nya adalah tempat tinggal ternyaman nya, maka sekarang tidak lagi. Bian rasa, rumahnya yang dulu sudah hilang, ah tidak, lebih tepatnya suasana rumahnya lah yang sudah berubah.

"Keluar dari kamar gue sekarang juga! Tempat ini bukan tempat lo." Tegas Bian pada seorang perempuan yang masih asik selfie-selfie.

Jessica berbalik badan, ia menatap ke arah Bian yang terlihat menahan emosi ke arahnya. Ya, perempuan itu adalah Jessica, orang yang selalu mencari masalah dengan Vania. Nyatanya, satu bulan yang lalu, dia sudah menjadi adik tiri nya Bian sekaligus sepupuan tiri juga sama Vania.

"Lah, ini kan udah jadi rumah gue juga. Jadi gue berhak mau kesana dan kesini," kata Jessica dengan sombongnya.

"Jadi anak tiri aja belagu ya lo," cetus Bian dengan dingin.

"Gue aduin lo sama Papa!"

"Ngga peduli," jawab Bian tidak begitu memperdulikan. Toh, Bian sudah biasa, Papa nya tetap akan membela keluarga barunya itu.

"Keluar dari kamar gue, atau tulang lo mau gue patahin?" Bian mengangkat satu alisnya.

"Issh! Ngapain si lo pulang! Ganggu aja!" Dengan terpaksa, Jessica melangkah keluar kamar Bian dengan ogah-ogahan.

"Bukannya seharusnya lo ada dipenjara ya? Kalo papa ngga kasian sama lo, lo sekarang udah mendekam di penjara." cetus Bian.

"Papa ngga kasian sama gue! Papa itu sayang sama gue! Makannya, dia rela ngelakuin apa aja supaya anak tersayangnya ngga menderita." Balas Jessica. Jujur, Jessica tidak suka ada seseorang yang bilang jika dirinya dikasihani.

"Bodo amat lah ya, sebentar lagi juga gue ngga bakal tinggal disini lagi. Gue kan mau hidup bareng sama Elvan.." Jessica terlihat kesenangan sendiri saat ia bilang seperti itu.

"Ngga yakin gue Elvan mau sama lo." Bian mendengus pelan.

Jessica menatap tajam Bian. "Lo liat aja nanti, perjodohan ini ngga akan bisa dibatalin!"

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang