38 • Tidak Bisa Tertolong?

735 29 1
                                    

Happy Reading All

🖤
.

"Vania! Arven!" Salsa langsung menghampiri Vania dan menepis tubuh Elvan yang menghalanginya, dengan masih memegang ponsel Vania-- tadi dia menemukan ponsel Vania yang tergeletak di luar sana, Salsa berikan ponsel Vania pada Elvan.

"K-kenapa bisa gini? Vania.. sahabat gue.. Arven juga kenapa? Hiks, kenapa bisa gini.." Salsa benar-benar tidak sanggup rasanya melihat keadaan Vania yang sudah dibanjiri darah.

"Papah.." lirih Bian.

"Urus Vania dan Arven, Bang, Van. Biar mereka gue yang urus," kata Bian pada Fazar dan Elvan. Bian mendekati Papa nya yang menjatuhkan pistolnya, tubuh Papa nya juga terlihat bergetar dan pandangannya lurus ke arah Arven.

Fazar langsung membawa Vania pergi dari tempat ini, begitupun juga dengan Elvan, Elvan membawa Arven pergi dari sini dan secepatnya mereka akan menuju rumah sakit terdekat. Mereka butuh pertolongan cepat.

"Meli.." Salsa yang baru sadar bahwa ada Meli juga disini, membuat dirinya sedikit terkejut karena keberadaan Meli.

"Sal.. bantuin gue.." mohon Meli.

"Lepasin sebelum polisi datang!" tekan Salsa pada dua orang yang masih menahan Meli.

"CEWEK GUE BILANG LEPAS YA LEPAS ANJ*NG!" teriak Bian murka. Otomatis, anak buah Bayu tersebut melepaskan pegangan lengan Meli.

"Cepet ke rumah sakit, Sal." ucap Bian pada Salsa

Salsa mengangguki ucapan Bian. Meli berhasil lepas dari mereka, dengan masih lemah, dia dirangkul oleh Salsa keluar dari tempat ini.

BRAKK

Bian menendang kursi kayu yang ada di ruangan ini sampai kursi kayu tersebut patah karena terbentur ke tembok, saking kuatnya tendangan Bian.

Bian mendekat ke arah Bayu, menekan satu telapak tangannya ke dinding tepat di dekat Bayu. Bian benar-benar terlihat marah kali ini, sepertinya kemarahan besar Bian akan dimulai. Bian menatap tajam Bayu dan juga Fela, sekalipun mereka adalah orangtuanya, tetapi bagi Bian, kelakuan mereka benar-benar kelewatan sehingga harus benar-benar dikasih pelajaran bahkan mereka seperti tidak pantas disebut sebagai orang tua.

"KENAPA, PAH?! KENAPA?! KENAPA KALIAN TEGA SIKSA VANIA?! APA YANG ADA DIPIKIRAN KALIAN??? KALIAN BENERAN BERHATI IBLIS! SEHARUSNYA CUKUP BIAN AJA YANG NGERASAIN GIMANA TERSIKSANYA PUNYA KELUARGA YANG NGGA PUNYA HATI KAYAK KALIAN!"

Ingin rasanya Bian memukul Bayu, papa kandungnya sendiri namun selalu gagal karena setiap ingin memukul, tangannya hanya bisa melayang. Dan jadilah, Bian memukul tembok untuk menjadi pelampiasan amarahnya.

"BIAN KECEWA SAMA PAPA! BUKAN KARENA INI AJA, TAPI HAMPIR SEMUANYA YANG BIAN ALAMIN, ITU SEMUA KARENA PAPA.. PAPA EGOIS. PAPA PENGEN INGIN DIMENGERTI TAPI PAPA SENDIRI NGGA BISA NGERTIIN ORANG LAIN! BERPIKIR DEWASA, PAH! BUKANKAH ILMU PAPA LEBIH BANYAK DIBANDING BIAN?? TAPI TERNYATA ILMU AJA NGGA CUKUP BUAT BIKIN KARAKTER SESEORANG JADI BERUBAH LEBIH BAIK."

•••Zelvano•••

Fazar, Elvan, Salsa dan Meli, kini mereka tengah berada di ruang IGD. Menunggu hasil pemeriksaan dokter di dalam sana yang tengah berusaha menolong nyawa dua orang.

Vania dan Arven. Mereka sudah berada di rumah sakit dan sedang ditangani. Mereka berdua sama-sama mengalami luka serius.

Diantara mereka berempat, tidak ada yang tidak merasakan cemas. Semuanya khawatir dan sangat terpukul dengan kenyataan yang tengah dialami saat ini, sudah berulang kali mereka berdoa dalam hati, berdoa kepada Tuhan agar Vania maupun Arven selamat.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang