"Bodoh! menyekap satu pangeran saja tak becus! kalau sampai dia berhasil pulang ke istana, kaisar keparat itu jelas akan memenggal kepala kita semua! ayo cepat! cari dan habisi saja jika kalian sudah menemukan iblis kecil itu!"
Umpatan dan cacian terus dilontarkan sang pemimpin dari puluhan pasukan berlapis baja hitam yang senantiasa memberikan sanjungan dan penghormatan untuk segera melaksanakan perintahnya.
Geraman frustasi yang semula terdengar menyerupai keluh kesah manusia pun berubah menjadi lolongan yang menggaung saling bersahutan. Harmonisasi hal ajaib ini terjadi seiringan dengan terhempasnya baju lapis baja hitam yang mereka kenakan saat transformasi pada tubuh mereka berlangsung.
Tak ada lagi pasukan perkasa yang bertumpu pada kedua kakinya. Eksistensi mereka telah tergantikan oleh segerombolan makhluk berbulu lebat kasar dan berantakan yang bertumpu pada keempat kaki kuat.
Langkah mereka terdengar menderu. Dibimbing oleh bantuan penglihatan iris mata terang yang nampak kontas dengan kegelapan malam hutan belantara.
Merekalah Rogue,
Pack pemberontak takhta Kekaisaran Hera.
••••••
"Ugh! luka ini akan lambat untuk pulih. Aku lapar, regenerasiku akan lambat!" Seorang anak laki-laki berpakaian tak karuan berjalan terseok menuju lereng gunung.
Semakin lama, arah pandangnya yang semula hanya disuguhkan dengan warna hitam gelap mulai berubah akibat eksistensi himpunan galaksi bintang yang sebenarnya merupakan gugusan lampu tempel penerang rumah. "Tunggu, ini seperti.. permukiman penduduk?" Kepalanya sibuk menengok ke kanan dan kiri. "Ini tempat hidup manusia? apa mereka akan menangkap dan mengurungku juga jika melihatku?" Anak laki-laki itu dipastikan terlihat begitu resah dan panik hingga memutuskan untuk segera berjalan memutar arah.
Langkahnya ceroboh. Dilakukan tanpa perhitungan hingga tak sadar bahwa di hadapan kakinya jelas terdapat batu besar yang tertanam kuat ke dalam tanah siap berperan sebagai sandungan, "Aduh..hng- bu-bunda. Aku lelah.. aku tak akan nakal lagi. T-tapi aku mau pulang.. tolong jemput aku!" Tangis memilukan pun akhirnya pecah. Anak laki-laki itu sudah tak sanggup lagi berpura-pura kuat dihadapan para penyekap yang sudah mengurungnya selama 3 hari.
Fisiknya sakit dan lelah. Ia tak akan pernah berhenti untuk mengutuk para knights istana yang belum juga berhasil menemukan keberadaannya. Meskipun, ia tahu betul keadaan disana saat ini pasti kacau. Mengingat bagaimana putra mahkota Kekaisaran Hera yang diculik belum kunjung kembali pulang.
Anak laki-laki itu terus menangis. Mempertahankan posisi tubuhnya yang telungkup di atas tanah. "Hey! kamu kenapa?" Sebuah suara lucu tiba-tiba saja menyela sesi melankolis dari sang putra mahkota yang kini merasa takut dan mawas diri. Ia tak mau lagi ditangkap. Dirinya harus kuat agar selamat.
Anak laki-laki bergelar putra mahkota itu mencoba bangkit untuk kabur. Namun, apalah daya? luka di sekujur tubuhnya sudah tak mampu ia tahan dan berakhir dengan hilangnya keseimbangan.
Sesaat sebelum ia yakin bahwa tubuhnya akan terjatuh ke atas tanah, anak laki-laki itu berpasrah untuk beberapa saat hingga akhirnya ia menyadari bahwa keyakinan itu tak kunjung terjadi. "Ishhh, berat! kamu kenapa tak bisa diam?! ugh- ayo berdiri, Biu sudah lelah menahan kamu!" Suara lucu yang sama kini melengking lebih tinggi dan menyebabkan anak laki-laki itu kembali membuka pejaman matanya untuk melihat keadaan.
Ia menengok ke belakang untuk mendapati bahwa tangan kirinya digenggam erat oleh kedua tangan yang jauh lebih mungil milik seorang anak laki-laki dengan perawakan lebih kecil darinya. Terlihat kesusahan, anak laki-laki itu bahkan sampai mengejan sambil menahan nafas hanya demi menolongnya agar tak jatuh.
Anak laki-laki bergelar putra mahkota itu akhirnya melepas genggaman tangannya dan kembali berdiri tegap. "Kamu berat! mau kemana tadi? mau kabur? memangnya Biu menyeramkan seperti hantu?! Biu itu manusia! Biu mau tolong kamu!" Anak laki-laki yang menyebut dirinya Biu itu mengomel tanpa jeda sembari menunjuk-nunjuk wajah sang putra mahkota yang kini berusah payah agar tak tertawa.
"Pfft, lucu. Pipinya bulat, matanya kecil. Saat marah matanya malah hilang tapi pipinya menggembung semakin bulat." Batin sang putra mahkota sibuk bermonolog.
Anak laki-laki manis yang tak kunjung mendapat tanggapan pun akhirnya semakin kesal, "ih! malah senyum-senyum! ayo ke rumah Biu, lukamu harus diobati dulu!" Tanpa persetujuan dari siapapun, ia menarik tangan sang putra mahkota memasuki rumah hingga ke dalam kamar miliknya.
"Ayo buka bajumu." 3 kata itu cukup untuk memecah semburat merah di kedua pipi tegas sang putra mahkota.
"A-apa?! kau mau aku telanjang di depanmu?! tak sopan!" Sang putra mahkota protes sambil melangkah mundur hingga punggungnya menyentuh dinding dari kamar sempit itu.
Biu, anak polos yang tak mengerti apa-apa pun hanya mampu menautkan sebelah alis sambil memiringkan kepalanya. Terlihat lucu dan menggemaskan di mata sang putra mahkota yang menyilangkan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda proteksi diri.
Anak laki-laki manis itu melangkah maju hingga sang putra mahkota semakin menghimpit tubuhnya pada dinding. "Kamu kenapa sih? Biu kan mau obatin luka kamu! kalau kamu tak buka baju bagaimana caranya? yang luka kan bukan baju kamu!" Ekspresi menggemaskan itu ditunjukkan lagi. Mengejek debar jantung sang putra mahkota yang sudah semakin gila.
"T-tapi, aku tak mau membuka semuanya! memalukan."
Protes dari sang putra mahkota hanya dibalas anggukan asal oleh anak laki-laki manis di hadapannya, "ya ya ya terserah kamu saja. Tapi kita harus kenalan dulu. Namaku Build, tapi nenek selalu panggil Biu. Katanya biar lebih menggemaskan. Kalau kamu?"
Untuk beberapa saat, sang putra mahkota tertegun sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk memberikan jawaban.
"Vegas. Vegas del Hera"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.