Istana yang berdiri sebagai simbol kasih Sang Dewi merepresentasikan jangkauan kekuasaan yang dimiliki oleh pengemban takhta di dalamnya. Kokoh, agung dan luas, orang awam yang baru pertama kali menapak kedua kakinya nyaris mustahil untuk menghafal jalan dan menghindari ketersesatan.
Diantara keempat akses masuk yang terbagi di bagian Utara, Selatan, Barat dan Timur istana, gerbang Barat memiliki akses masuk yang paling aman untuk ditembus oleh penyusup. Alasannya hanya satu, gerbang ini akan mengarahkan pengunjungnya langsung menuju taman utara yang dipenuhi oleh pohon nectarine, buah yang nyaris membunuh Sang Permaisuri ketika mengandung Putra Mahkota, kalau kata para pelayan istana. Meski begitu, sedikit mereka tahu, putra mahkota yang sudah bertahan melawan racun nectarine sejak dalam kandungan itu, kini sudah tumbuh menjadi seorang remaja 16 tahun yang paling sering memijak kedua kakinya di taman utara.
"Aman, kan?" Mata monolid yang lebih tajam dari milik papa tercintanya diedarkan untuk melihat situasi sekitar. "Aman, lah! papa sedang mengurus perusahaannya dan ayah tidak mungkin ada disini karena rapat dengan para babi kekaisaran itu pasti sudah mulai," ujarnya menjawab pertanyaan sendiri sebelum berjalan santai melewati jajaran pohon nectarine yang menghantarkannya pada sebuah pancuran air.
"Masih belum juga jera, sayang? apa hukuman papa-mu bulan kemarin masih kurang? perlu nenek tambah?"
Anak muda yang tertangkap basah menghela nafas panjang sebelum memutar tubuh dan menyunggingkan senyum manis. "Hehe, nenek.. um.. hallo?" tanyanya tanpa dosa dan rasa bersalah.
"Tidak mempan. Dulu saat kamu masih kecil mungkin nenek akan luluh, tapi sekarang tidak! kamu kenapa tidak menurut, sih? sudah diberitahu berulang kali, disini bahaya, sayang! nenek khawatir!" Wanita berusia 57 tahun itu masih mempertahankan cantik pada wajah dan anggun pada sikap tubuhnya. Dalam keadaan marah seperti sekarang pun, tidak ada aura mengintimidasi yang ia tebarkan bagi target sasarannya.
"Maybelle, dengarkan dulu apa penjelasannya." Chan, pria alpha yang sudah resmi menyandang gelar sebagai suami dari Sang Ibu Suri Kekaisaran Hera pun mencoba untuk menengahi situasi.
"Nenek khawatir sekali padamu, sayang." Maybelle berjalan maju dan meraih kedua tangan sang cucu yang tanpa terasa, sudah tumbuh lebih tinggi darinya. "Nenek kira kamu sudah ada di ruang rapat. Meski begitu, firasat nenek berkata kalau kamu belum menyeberangi perbatasan dan akan menyelinap lagi lewat sini. Ternyata benar!" ujarnya lagi dengan ekspresi murung.
Sebagai satu-satunya cucu bergelimang kasih, alpha muda yang sedang dinasehati itu menurunkan sedikit kepalanya dan beralih melayangkan kecupan pada kedua pipi sang nenek. "Maaf ya, nenek. Urusanku di seberang perbatasan sedikit menumpuk dan tidak dapat ditinggalkan. Jadinya aku baru bisa kesini sekarang dan.. ya nenek juga tahu, kalau aku lewat gerbang depan, para penjaga akan membuat kehebohan karena melihatku datang seorang diri tanpa pengawalan Phoenix." Kedua tangannya balik menggenggam dengan begitu erat, tipikal tindakan perayu ulung yang dengan mudah meluluhkan seseorang di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.