-Author Pov-
Kinn terlonjak kaget. Pria alpha itu segera bangkit untuk memastikan keadaan. "Pete?! kau sudah sadar? tunggu sebentar ya, aku akan panggilkan dokter." Tangan Kinn tiba-tiba ditahan oleh Pete. "Vegas?" Pria manis itu bertanya dengan lemah. "Jangan khawatir. Vegas sedang ada urusan mendesak. Nanti juga dia akan datang. Dia pasti senang melihatmu sudah sadar." Sebuah anggukan pun Pete lakukan sebagai tanggapan.
Kinn yang berniat pergi mencari dokter tiba-tiba saja berpapasan dengan sang kekasih di ambang pintu. "Kamu mau kemana? aku kan sudah bilang jangan pergi tinggalkan Pete sendiri!" Omelan Porsche mendapat balasan senyuman dari Kinn. "Pete sudah sadar. Aku mau memanggil dokter. Kamu masu-" Ucapan pria alpha itu terpotong saat bahunya ditabrak oleh Porsche yang tergesa melenggang masuk ke dalam ruangan rawat. "PETEEEEEE!" Porsche berteriak sambil menghamburkan diri memeluk erat sahabatnya.
"Sshh.. Porsche. Sakit.." Ringisan Pete seakan menyadarkan Porsche bahwa sahabatnya ini masih dalam tahap pemulihan. "Hng.. k-kamu, jangan seperti itu lagi. Aku mau mati rasanya waktu dengar kamu terluka. Aku takut kalau kamu tak bangun lagi. Kalau kamu pergi, aku sama siapa?" Omega manis itu tak lagi mampu menahan tangisannya. Pete yang tak tega pun meraih tangan Porsche dalam genggaman, "maaf. aku tak bermaksud membuat kamu khawatir. Jangan menangis lagi." Porsche pun mengangguk sebagai jawaban.
Suasana haru biru itu berlangsung tak lama sampai dokter akhirnya datang dan memeriksa keadaan Pete. Setelah dinyatakan stabil, pria manis itu tetap harus menginap di ruang rawat untuk beberapa hari ke depan agar pemulihan dirinya dan janin dalam kandungannya dapat dipantau secara intensif.
Sesi itu selesai dengan kepergian sang dokter dan Kinn yang berkata bahwa ada sedikit urusan yang perlu ditangainya. Adapun Porsche, pria itu tahu bahwa sang kekasih saat ini akan menyebrang portal perbatasan menuju Kekaisaran Hera dan membawa kabar soal keadaan Pete pada Vegas.
Hening kembali menyapa diantara Porsche dan Pete. Mengingat, kali terakhir mereka bertemu suasananya tak begitu baik. "Pete/Porsche." Kedua adam itu saling memandang dan memanggil nama satu sama lain. Sukses untuk memperkuat kecanggungan diantara mereka. "K-kamu duluan saja." Porsche berkata sambil menurunkan pandangannya. Duduk di samping ranjang sambil memelintir ujung kemeja putih yang ia kenakan. "Banyak hal yang perlu kamu jelaskan padaku, Porsche." Ujaran Pete membuat wajah Porsche semakin muram. "Maaf." Omega manis itu menggigit bibir bawahnya.
Pete menghela nafas panjang. Dengan lembut menggelengkan kepalanya sambil menggenggam tangan sang sahabat. "Bukan. Aku tak meminta kamu minta maaf. Aku butuh penjelasan, Porsche. Aku tak mau kamu merahasiakan hal apapun dariku." Pria manis itu berujar dengan nada memohon. Cukup untuk mencubit hati Porsche hingga omega manis itu perlahan mulai memberanikan diri mengunci kontak matanya dengan Pete. "Aku beda darimu. Aku sama seperti Vegas, seperti Kinn. T-tapi, tapi kami bukan monster." Suara Porsche bergetar. Tangisnya kembali pecah.
Pete menghapus air mata di pipi Porsche. "Jadi, kalian itu apa?" tanyanya. Butuh waktu hingga akhirnya Porsche balas menggenggam tangan Pete. "Have you ever heard about.. werewolf?" Sebuah anggukan dilakukan Pete sebagai jawaban atas pertanyaan itu. "That's what we are." Porsche menundukkan pandangannya tak berani untuk melihat reaksi Pete. "Werewolf itu bukan cuman dongeng, Pete. Kami nyata, kami hidup, tapi di dimensi lain yang berbeda dengan kalian. Hanya dengan melewati satu portal perbatasan, kami semua dapat sampai disini. Berbaur dengan kalian." Air mata Porsche mengalir semakin deras. "Aku tak pernah punya teman yang tulus disana, Pete. Mereka semua berteman denganku karena aku anak salah satu bangsawan dan merupakan mate dari Kinn--Putra kedua dari duke kekaisaran. Aku bosan. Aku benar-benar muak dengan seluruh aturan di sana. Hal itu yang membuatku memutuskan untuk menyeberang perbatasan dan menempuh pendidikan disini." Tubuh Porsche bergetar, namun Pete masih bungkam. "T-then, then i met you. Kamu begitu bersinar, Pete. You're everyone's sunshine. Tapi kamu masih mau menemaniku yang terlihat aneh, takut dan kebingungan saat orientasi mahasiswa. Kamu membantuku beradaptasi dengan baik dan membuatku tahu seberapa indah saat punya sahabat." Porsche mulai merasa sesak. Dadanya naik turun seiringan dengan nafasnya yang tak beraturan. "D-dan, saat kamu bilang Vegas adalah monster.. ak-aku, hatiku.. s-sakit.. sakit sekali, Pete. Hng- Aku, cuman punya satu sahabat.. aku-" Porsche dibungkam saat Pete memaksakan tubuhnya untuk bangkit dan menariknya dalam pelukan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.