-Author Pov-
Arm melambaikan tangannya ke arah Pete yang sudah turun di depan pintu gerbang rumah. Saat siluet mobil yang dikendarainya menghilang dari jangkauan pandang, disitulah senyum yang sedari tadi Pete paksakan pun akhirnya meluruh tak tersisa.
Seharian ini Pete terus memaksa agar dirinya dipulangkan saja. Arm yang semula tak setuju pun akhirnya menyerah dan mengiyakan permohonan pria manis kesayangannya itu. Dengan syarat, Pete tak boleh menyetir sendiri dan mobil miliknya disimpan saja di parkiran rumah sakit.
Malvin dengan sigap membuka pintu rumah dan membopong Pete yang terlihat lemas dan pucat. Pria tua itu memutuskan untuk tak banyak bertanya dan memahami bahwa mungkin saat ini Pete hanya butuh waktu untuk sendiri. "Kalau Nong Pete butuh sesuatu, telfon saja saya. Nanti akan saya bawakan apapun yang Nong Pete inginkan." Diselimutinya tubuh Pete yang meringkuk di atas ranjang kamar tidurnya.
Pete tak menjawab apapun. Dia benar-benar muak dengan semua lelucon yang terjadi dalam hidupnya. Memang, Pete tak menampik bahwa selama ini ia bermimpi untuk memiliki sebuah keluarga setelah kepergian ayah dan ibunya. Dia ingin sekali menikah dengan seorang pria yang dicintai dan mencintainya. Mengadopsi banyak anak dari panti asuhan, merawat mereka, lalu menua bersama hingga maut mendatanginya. Tapi sekarang apa yang terjadi? bukan keluarga seperti ini yang diinginkannya. Meskipun ia akan memiliki darah dagingnya sendiri, bukan artinya harus dirinya yang mengandung dan melahirkan. Kodratnya bukan untuk itu.
Lagi-lagi Pete menangis. Merasa jijik pada tubuhnya sendiri yang tak normal. Ketakutan akan penolakan dan penilaian menyakitkan dari gunjingan orang-orang di sekitarnya pun merupakan salah satu hal yang tak dapat dibayangkan.
Heningnya suasana kamar Pete terus berlangsung sampai akhirnya, pria manis itu tiba-tiba saja merasakan adanya pergerakan dari bagian kosong ranjang yang ia punggungi. Tangis Pete pun terhenti. Fokusnya beralih untuk merasakan sensasi lain saat sebuah tangan kekar mulai melingkari perutnya dari arah belakang. Jantungnya berdebar sangat cepat dan keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Pete bahkan tak berani hanya untuk membuka pejaman matanya. Mulutnya pun seakan terkunci dan enggan untuk berteriak meminta pertolongan.
Semakin lama Pete mulai merasakan pucuk hidung seseorang menyentuh tengkuknya dan memberikan sedikit gesekan disana. Aktivitas sensual yang dilakukan seiringan dengan deru nafas panas yang menggelitik sekujur tubuhnya. "Miss me?" Dua kata itu mengalun lembut tepat di indera pendengaran.
Pete benar-benar ingin memberontak. Tapi bagaimana? sekujur tubuhnya terasa lunglai dan kehilangan tenaga. "S-siapapun.. kamu. Aku mohon.. l-lepas." Isak tangis mulai membuat ucapannya terbata-bata.
"Sshh...no no no, don't cry, please. I'm not gonna hurt you."
Pete tak menjawab. Pria manis itu mulai pasrah akan keadaan saat tangan kekar yang semula melingkari perutnya kini bergerak menuju bagian atas dan mendekap dadanya. Diiringi kekuatan yang besar, tubuh mungil Pete kini dibalut erat dalam posisi yang terlampau intens. "Just wanna remind you, kamu itu milikku. Dari ujung rambut kepala sampai kaki, semua itu punya aku. Termasuk-" Dekapan tangannya kembali turun melingkari perut Pete. "Bayi ini. This child is mine."
Pete kini mengerti. Ia mengetahui bahwa bajingan yang menghamilinya telah menerobos masuk ke dalam kamar dan menyentuh dirinya sembarangan. Sukses untuk membuatnya semakin bergetar ketakutan. "Manik Hera sudah aku tanam dalam tubuhmu sejak dulu. Seberapa keras pun kamu memberontak, kalau aku tak mengizinkannya, tubuhmu tak akan bisa melakukan apapun selain patuh." Perlahan Pete merasakan orang itu melepaskan tubuhnya dan bangkit dari ranjang.
"Love, don't let that fucking nerd man to touch you anymore. Or else, aku akan menyajikan jantungnya di hadapanmu sebagai makanan penutup. See you next time, Queen."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.