A Traitor

8.3K 1K 53
                                    

-Author Pov-

Sebuah ruangan pemujaan yang penuh dengan ornamen Dewi Bulan kini tengah diisi oleh sekumpulan partisipan yang memusatkan atensinya pada seseorang di atas mimbar. Suasananya cukup mencekam hingga keheningan pun terasa sangat bising menekan indera pendengaran.

Di tengah kondisi ini, salah satu dari partisipan yang hadir memberanikan diri untuk angkat bicara. "Tetua adat, periode rut putra mahkota sudah semakin dekat. Apakah sudah dapat dipastikan bahwa ia menyetujui untuk dipasangkan dengan garis keturunanmu?" Seseorang yang dipanggil tetua adat itu pun menoleh ke arah sumber suara. "Belum," jawabnya sembari melanjutkan aktivitasnya untuk menyalakan lilin.

 "Aku dengar kalau putra mahkota tak menyukai wanita. Apa itu benar, tetua?" 

"Bagaimana ini, tetua? satu-satunya garis keturunanmu yang seorang omega adalah wanita."

"Apa tidak sebaiknya kita menyiapkan saja calon lain yang merupakan seorang omega pria?"

Mendengar kericuhan yang kian bertambah, tetua adat pun mengangkat satu tangannya ke udara. "Diam." Dengan langkah yang ringkih pria tua itu berjalan menuruni mimbar dan bergabung bersama partisipan pemujaan lainnya. "Belakangan ini aku tak dapat merasakan feromon putra mahkota di istana ataupun wilayah kekaisaran lain yang biasa ia kunjungi. Ini seperti ia pergi ke tempat lain yang jauh. Sedangkan untuk Vivian, cucuku itu merupakan kandidat yang paling sempurna. Tak ada alasan yang masuk akal bagi putra mahkota untuk menolaknya." Jawaban tetua adat memicu kembali kericuhan. Seluruh partisipan merasa gelisah dan memikirkan solusi terbaik untuk menggaet hati putra mahkota. 

"Ada satu alasan paling masuk akal." Ujaran dari seorang pria berjubah hitam kini menarik seluruh atensi partisipan padanya. "Ah, aku melupakan kehadiran tamu kita. Katakanlah, apa alasan paling masuk akal yang membuat putra mahkota belum juga dapat terpikat pada Vivian?" tanya tetua adat.

Pria berjubah hitam itu terkekeh kecil. "Apakah engkau melupakan sosok anak kecil yang telah menerima Manik Hera milik putra mahkota di tubuhnya?" Tetua adat sontak mengernyit saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan pria itu. "Dia sudah mati. Tak mungkin putra mahkota memilih seseorang yang sudah tak lagi hidup." Pria itu tertawa. Kali ini lebih keras daripada sebelumnya. "Lalu bagaimana kalau ia masih hidup? jauh di tempat lain, yang saat ini sering dikunjungi putra mahkota secara diam-diam." Ruangan pemujaan itu seketika hening untuk sesaat.

"Memangnya ada yang salah kalau putra mahkota memberikan Manik Hera miliknya?" Pertanyaan seseorang berhasil memecah keheningan. 

"Manik Hera merupakan berkat dari dewi bulan bagi setiap putra mahkota Kekaisaran Hera. Selama manik itu berada di tubuh putra mahkota, maka ia akan memiliki satu nyawa tambahan yang membuatnya dapat hidup kembali setelah mengalami kematian pertama. Putra mahkota kita saat ini, ia telah memilih seorang anak laki-laki manusia sebagai pengantinnya. Kemudian, ia berikan Manik Hera miliknya pada anak laki-laki itu agar kelak ia dapat memberikannya keturunan sebagaimana seorang omega pria." Pemaparan tetua adat memang terkesan tenang. Namun kabut amarah tebal di sekelilingnya seakan dapat dirasakan oleh seluruh partisipan.  

Kericuhan pun kembali terjadi. Mereka semua sibuk untuk mengungkapkan solusi dan kegelisahan yang dirasa hingga tak ada satupun yang menyadari bahwa salah satu diantara mereka secara diam-diam melangkah pergi meninggalkan ruang pemujaan dengan sebuah informasi penting yang berhasil ia kantungi.

*****

Seorang pria di pertengahan usia matangnya tengah berkutat dengan setumpuk dokumen yang berserakan di atas meja kerja. Sesekali keningnya terlipat saat ia mendapati kejanggalan pada angka-angka yang diakumulasikan dan digores menggunakan tinta hitam.

Tok tok tok

Ketukan tiga kali dari balik lemari buku ruangan tersebut membuyarkan fikirannya. Pola bunyi yang digunakannya sebagai kode rahasia.

Pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sumber suara. Ia menarik tuas yang tersembunyi kain merah hingga lemari buku di ruangan itu bergeser. Menampilkan sesosok pria muda berbalut jubah putih khas ritual pemujaan. "Semoga keselamatan dan ketentraman Dewi Bulan selalu menyertai Sang Matahari dari Kekaisaran Hera." Salam sanjungan diberikannya dalam posisi berlutut. 

"Yang mulia, mereka sudah mencurigai bahwa anak manusia itu masih hidup. Selain itu, diantara yang paling dekat dengan paduka pangeran, ada seorang pengkhianat." Pria muda itu bangkit dan membeberkan informasi yang ia terima. 

Pria dengan takhta paling tinggi di Kekaisaran Hera itu mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. "Lanjutkan penyamaranmu. Gali lebih banyak informasi dan biarkan pengkhianat itu melanjutkan aksinya. Kau tak perlu risau tentang kakekmu. Aku sendiri yang akan melindunginya." Kalimat itu diucapkan dengan penuh keyakinan.

" Kalimat itu diucapkan dengan penuh keyakinan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Pete Pov-

Aku menepis kasar cengkraman tangan Vegas pada rahangku dengan sekuat tenaga. "Kau- hng.. k-kau.. kekaisaran, putra mahkota, pengantin dan manik-manik gila apapun itu yang kau sebutkan, aku tak peduli. Kau hanya melihatku seperti sebuah mesin produksi anak! aku hanya barang! such a pain in the ass, Vegas. Aku belum pernah bertemu orang sejahat dirimu!" Kunci pada pintu mobil aku buka secara paksa. Memberi akses bagiku untuk berlari menjauh menuju jalan raya.

Aku pejamkan kedua mataku. Berharap bahwa akan ada kendaraan apapun yang menabrak tubuhku dan merenggut kehidupan yang memuakkan ini. Namun bukan. Bukan hantaman yang aku rasakan. Tubuhku kini malah berada dalam dekapan seorang pria dengan aroma cendana khas yang sangat aku benci.

Perlahan kelopak mataku kembali terbuka hanya untuk mendapati bahwa kini aku tengah berada dalam dekapan Vegas yang nafasnya memburu. Dadanya naik turun dan dapat aku rasakan bahwa sekujur tubuhnya bergetar hebat. Drama ini terus berlangsung hingga tiba-tiba saja sebuah suara yang akhir-akhir ini tak aku dengar pun melengking tinggi dari arah samping. "PETE!!" Aku menoleh ke arah sumber suara.

"Porsche?!"




TBC

Hi! Ini Biy!🦔🥰

Ini double up nya ya, kira-kira, ada yang bisa tebak siapa pengkhianat yang Big maksud?

Kalau dari readers masih ada yang bingung, tetap ikutin ceritanya ya, semua hal bakal diperjelas satu persatu. As always, jaga kesehatan bubbles, selamat istirahat juga!🥰🥰

He's My Queen (VegasPete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang