Roses of War

4.8K 589 53
                                    

Mengunci pandang menuju celah minim dari sinar mentari yang tersipu, pria alpha yang mengemban takhta sebagai pewaris kekaisaran kini nampak mengadu rayu dengan alam. Kain satin kesukaannya sudah kembali melekat pada tubuh tegap nan kokoh yang sejenak asing dengan dinginnya zirah besi. Kalau saja tak ada harga yang harus dibayar, mungkin ia sudah menyahut panggil dari merdunya ajakan ngarai di hadapan yang seakan memanggilnya untuk melemparkan raga ke dalam sana.

 Kalau saja tak ada harga yang harus dibayar, mungkin ia sudah menyahut panggil dari merdunya ajakan ngarai di hadapan yang seakan memanggilnya untuk melemparkan raga ke dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau masih muda, tapi hobimu seperti pria tua di usia senja yang meratapi dosa seumur hidupnya. Apa kau tak bosan setiap hari mencuri waktu untuk melamun begitu?"

Yang ditanya memutar tubuh untuk menoleh ke arah sumber suara. Sebuah senyum remeh terulas tipis menghias tajamnya garis rahang yang ia miliki. "Chan, sudah pernah hampir mati pun kau tak pernah lelah untuk mengomentari setiap gerak-gerik yang aku lakukan." Gelengan kecil ia berikan pada kepalanya.

"Ya, ya, ya. Vegas del Hera yang agung, aku tak peduli meskipun sekarang kau sudah lebih mahir mengendalikan mana dalam tubuhmu. Bagiku kau masih terlihat seperti remaja pubertas yang sedang berada di fase pemberontakan agar diakui sebagai orang dewasa." Chan duduk diatas rumput, bergabung dengan yang lebih muda untuk turut menikmati pemandangan yang ia akui tak pernah gagal memanjakan mata.

"Kapan kau akan berhenti menganggapku remeh?" sinis Vegas.

"Kapan-kapan," timpal Chan asal.

Vegas menghela napas panjang. Setelah berhasil selamat dari maut, Chan bertingkah menyebalkan. Bila mengingat bagaimana sebelumnya ia akan senantiasa menegur dan memarahi Kim saat alpha muda itu bertingkah aneh, sekarang malah kebalikannya. Apakah ada yang rusak pada kepalanya setelah diserang scorpiones? entahlah, Vegas tak ingin ambil pusing soal itu.

"Aku cari kesana-kemari sampai pegal, kalian malah sedang bersantai disini."

Kedua alpha yang semula tengah berbincang pun secara kompak memutar tubuh untuk menghadap ke arah sumber suara. Dan disanalah, pria alpha lainnya berjalan mendekat sambil tanpa henti melontarkan protes dalam gerutuan. 

"Apa-apaan kau? baru juga datang sudah marah-marah. Alpha muda seperti kalian kenapa sangat sensitif?" Chan bertanya dengan nada jahil.

"Hoi! Pak tua! kalau kau lupa, alpha muda sensitif sepertiku ini sudah menyelamatkanmu dua bulan lalu hingga kau masih hidup dan tak dibawa pulang sebagai jasad oleh adik bungsuku!"

Vegas memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. "Hentikanlah, Chan, Anakinn. Aku disini untuk melakukan ritual penenangan diri sebelum lanjut sesi latihan dengan pasukan. Kalian mengacaukan suasana khidmat yang aku ciptakan," protesnya.

Chan berdehem membersihkan tenggorokannya yang terasa kering karena rasa canggung. Niat hatinya mendatangi Vegas sebenarnya bukan untuk mengganggunya. Pria alpha itu sudah hidup jauh lebih lama dibanding Vegas. Ia tahu betul kalau yang lebih muda tengah dilanda kesedihan. Tak peduli seberapa lama mereka saling mengenal, tak peduli bagaimana Vegas berusaha untuk bersikap normal, ada satu hal yang tak pernah ia ungkapkan sejak hari pertama mereka berjalan membentuk aliansi.

He's My Queen (VegasPete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang