-Author Pov-
Ruangan dengan nuansa perpaduan warna antara jingga dan nila kini dilingkupi dengan hangat dari terang bara api perapian yang membiaskan suasana. Nyalanya memang tak seberapa, namun cukup menyayat hati berkat iringan melodi isak tangis seorang wanita yang meratapi nasib sahabat karibnya. Honey--Ibu dari Porsche dan Chay, kini duduk di atas kursi berlapis bulu rubah yang lembut sambil memeluk erat Pete dalam dekapan. Tubuhnya bergetar dan nafasnya tak beraturan. Air matanya bahkan sudah membanjiri perpotongan leher jenjang milik Pete.
"Eli.. kenapa? kenapa semua orang begitu jahat pada Eli? astaga, anak baik itu. Kenapa Pete? kenapa? ibumu itu orang baik." Tak ada satu pun balasan yang dapat Pete lontarkan saat ini selain usapan pada punggung Honey. Meskipun hatinya tercabik-cabik, Pete masih dapat menahan kesedihannya karena ia tahu kalau ibunya kini masih hidup di istana.
Honey melepas pelukannya dan segera menghapus kasar air mata yang membanjiri kedua pipi merona miliknya. "Sudah, begini saja. Aku tak peduli mau kamu sama seperti kami, manusia, iblis, malaikat, atau kurcaci sekalipun karena sekarang kamu adalah anakku. Sama seperti Porsche dan Chay, kamu harus memanggilku ibu dan aku akan merawatmu untuk menggantikan Eli." Kedua tangannya menangkup wajah Pete.
"Anakku, anak manisku."
Luruh sudah air mata Pete. Ia merasa benar-benar beruntung untuk dilindungi orang-orang baik disini. Kenyataan itu sudah cukup untuk membuat Pete bersyukur dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi berbagai kejahatan dan masalah yang tak henti-henti menimpanya silih berganti.
"Ibu.." Pete menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Honey. Sebuah pemandangan yang membuat Porsche dan Chay turut berbahagia dan bergabung dengan keduanya.
"KALIAN BERPELUKAN TAK MENGAJAK AKU!!!!!" Gelegar suara yang memekakkan telinga seketika menginterupsi keempat insan yang semula diselimuti suasana haru.
"Tankhun, berisik! tak usah berteriak seperti di hutan." Bukannya menanggapi Porsche, omega pria yang akrab dipanggil "Khun" itu justru mencebik kesal dan langsung duduk diantara Honey dan Pete. "Ibu sayang, aku rindu.." ujarnya manja sambil memeluk Honey. "Anak sulung ibu, kenapa baru berkunjung? hm?" Jawaban Honey secara otomatis membuat Porsce menarik Khun dengan kasar. "Enak saja! aku yang anak sulung ibu! sebenarnya ibu punya anak berapa? semua saja dianggap anak." Lagi-lagi, ocehan Porsche diabaikan.
Honey kembali memeluk Khun dengan sayang."Semua anak ibu. Porsche, Chay, Khun, Kinn, Kim, dan sekarang Pete." Khun tersadar akan satu hal dan segera menegakkan tubuhnya menatap sosok pria manis yang tersenyum kikuk di belakang Honey.
"Eh? siapa kau? kenapa tiba-tiba jadi anaknya ibu?"
Pete menundukkan kepalanya. Khun terlihat mengintimidasi dan membuat Pete merasa gugup saat ini. Hal itu tentu disadari oleh Porsche yang langsung memukul punggung Khun. "Jangan galak begitu! dia ini sahabatku! bahkan sebentar lagi akan jadi permaisuri--Istrinya Vegas." Khun menganga untuk beberapa saat sebelum akhirnya berdiri dan melompat girang seraya menabrakkan dirinya memeluk Pete erat. "AAAAA TERNYATA KAU ADIK IPARKU!!! PANTAS SAJA BENING!!! KENAPA MAU SAMA VEGAS?! DIA KAN GILA!!!" Pete merasa sesak dan menatap ke arah Porsche sebagai isyarat meminta tolong.
Porsche bangkit dan menarik Khun. "Kau mau membuatnya mati sesak nafas? kau lupa kalau dia sedang mengandung keponakanmu?" Seketika Khun menepuk keningnya lalu duduk berlutut diantara kedua kaki Pete sambil menggenggam kedua tangannya. "Kau tak apa, kan? maaf. Aku hanya terlalu senang karena akhirnya dapat berjumpa denganmu."
Pete mengangguk lalu tersenyum. "Tak apa, tapi.. kenapa kau bisa tahu aku?" tanyanya.
Khun bangkit dan duduk disebelah Pete. Mengambil ancang-ancang genitnya saat akan bercerita. "Kinn itu adikku. Dia sudah cerita soal masalah Vegas dan dirimu pada keluarga kami. Ya bagaimana pun, ini kan menyangkut masa depan kekaisaran, calon permaisuri, dan calon putra mahkota yang merupakan keluarga kami. Ah sudahlah, intinya aku sangat bahagia sekarang akan punya 3 keponakan sekaligus!" Tatapannya kini beralih pada Chay. "Hey adik manisku, jangan murung begitu. Kim tak apa-apa, dia sedang disidang oleh ayahku, ayahmu dan Kinn. Tapi kamu tak perlu risau, mereka tak akan membiarkanmu menjadi janda muda." Kalimat itu sontak merekahkan kelegaan di wajah Chay yang tadi masih sesekali melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.