-Pete Pov-
Semilir angin malam kini menggelitik wajahku. Berdiri di atas balkon sambil memandang bulan, aku tiba-tiba saja merindukan Vegas. Sungguh. Mengingat ini sudah lewat dari 4 bulan, kabar dari pria gila itu belum juga aku ketahui meskipun seujung jari. Aneh ketika memikirkan bagaimana luka tusukan kaca di punggungku sudah mulai mengering dan kini berganti menjadi luka pada hati yang terasa lebih nyeri.
Lelah sudah bertanya pada Porsche. Omega manis itu terus berkata bahwa Vegas sedang berhadapan dengan urusan yang serius di kekaisaran. Kalau Kinn? pria alpha itu menghilang. Hanya untukku lebih tepatnya. Mengingat beberapa kali aku memergoki Porsche tengah berbicara melalui sambungan telfon dengan kekasihnya itu.
Kemana Vegas?
Kenapa menghilang?
Apa dia tak lagi menginginkan aku dan anak ini?
Aku tahu, aku begitu bersalah padanya. Melupakannya, menghakiminya, memakinya, menyakiti hatinya. Lantas aku bisa apa? di dalam ingatanku benar-benar tak tersisa satu pun kenangan yang aku lihat dalam mimpi waktu itu. Aku juga tak dapat merekayasa memori. Memang, aku sudah yakin bahwa seluruh kejadian di mimpi kemarin benar-benar terjadi. Sesak dalam hati dan respon tubuhku mengatakan bahwa aku pernah melalui itu semua. Tapi tetap saja, seberapa keras pun aku mengingat, tak ada yang tersisa. Ini seperti perangkat komputer yang penyimpanannya sengaja di reset ke sistem paling dasar hingga tak ada satu pun data yang dapat dipulihkan.
Merasakan ikatan batin yang cukup kuat, perlahan tanganku mengelus kain pelapis perut yang permukaannya tak lagi rata. Aku menundukkan pandanganku lalu tersenyum seperti orang bodoh. Gelenyar aneh mengerubungi sekujur tubuh saat aku mulai merasakan kehadirannya. Anakku. Anakku dan Vegas.
Terhipnotis dalam suasana layu. Aku disadarkan saat kedua celah labium milikku kini membuka akses bagi rasa payau yang dikenali indera pengecap. Sejenak menjemput kesadaran, rupanya wajahku sudah dibasahi air kenestapaan. Ah, aku menangis. Apa ini yang Vegas rasakan saat bertahun-tahun merindukanku? aku tak pernah tahu karena melupakannya. Tapi kenapa? kenapa setelah aku faham bagaimana sesaknya, kini sosok yang selalu mengucapkan rindu itu tak lagi ada disisiku.
-Author Pov-
Pete tersentak saat sebuah sapu tangan disodorkan dari arah wajahnya. Perlahan menoleh untuk mendapati kehadiran Malvin yang tengah menatapnya khawatir. "Nong Pete, ini sudah malam. Tak baik bagi janin anda." Kalimat itu membuat Pete keheranan. "K-kau, tahu?" tanyanya.
Malvin memberikan anggukan. "Saya sudah mengurus Nong Pete sejak kecil. Nong Pete sudah seperti cucu saya sendiri. Bagaimana mungkin saya tak menyadari kalau sebentar lagi saya akan menjadi kakek buyut? padahal saat itu terjadi, saya harus sadar diri bahwa sudah semakin bau tanah." Gurauan ringan yang pria tua itu lontarkan tak berhasil mengundang tawa bagi Pete. Pria manis itu hanya terdiam sambil menatap nanar ke arah perutnya. "Khun Vegas benar-benar mencintai Nong Pete. Beliau pasti sangat menanti kelahiran anaknya." Malvin yang menyadari kondisi hati sang majikan pun berusaha untuk memberikan kalimat penenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.