The Unwanted Grandchild

5.2K 650 62
                                    

-Author Pov-

Macau tertawa. Cukup lucu untuk menyaksikan bagaimana cinta dapat membuat seseorang menjadi bodoh dan tak berguna. Selalu saja begitu. Konsep tentang cinta yang ia amati tak pernah lepas dari kematian sebagai akhir perjuangannya.

Kalau sudah tahu mawar itu berduri, kenapa masih saja gegabah untuk memeluk tangkainya? hanya karena bunganya indah? lantas, luka yang perlahan menggerogoti tubuhmu itu akan dibiarkan begitu saja? semakin membusuk, semakin hancur tak bersisa hanya untuk hal yang fana.

"Kau sama saja seperti ibuku, kak. Kalian sama-sama tak punya otak." Macau bangkit dan menatap punggung Pete yang masih membelakanginya. "Aku memang sudah banyak melakukan hal jahat padamu. Aku tak mau menyesalinya karena memang itu adalah bagian dari rencanaku. Tapi saat ini, ketika aku katakan bahwa kau sudah kuanggap kakak, tak ada kebohongan disana. Besok aku akan kembali lagi untuk menawarkan hal yang sama. Kak Pete bisa renungi keputusan apa yang terbaik untuk dipilih. Selamat istirahat, kak." Langkah kaki pun terdengar mulai menjauh.

"Macau?" Pete memanggil dengan suara nyaring. Cukup untuk membuat yang terpanggil menjeda langkahnya.

"Besok tolong bawakan aku kertas dan pena saat mengunjungiku lagi, ya?" Pertanyaan itu tak mendapat jawaban. Langkah kaki justru kembali terdengar semakin jauh sebelum akhirnya sumber pencahayaan di ruangan itu hilang setelah pintu ditutup rapat. Menyisakan Pete dengan gaungan tangis yang sedari tadi ia tahan di hadapan sang adik.

*****

"PAMANMU KEPARAT! AKU TAK AKAN MEMAAFKANNYA KALAU SAMPAI PETE-KU TERLUKA!!!" Porsche histeris. Tubuhnya meronta untuk dilepaskan dari genggaman sang alpha yang nampak sudah mulai kewalahan menengahi situasi. "ANAKINN!!! PETE.. TOLONG PETE!!" Kepalan tangannya tak henti memberikan pukulan-pukulan kecil pada dada bidang Kinn. Tubuhnya lemas dan lunglai, kepalanya terasa berdenyut.

Masih di ruangan yang sama, Honey menangkup wajahnya dalam dekapan Mario. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu yang tak becus menjaga anaknya. "Kalau.. kalau saja tadi malam aku tak pergi ke istana, mungkin aku dapat menahan kepergian Pete. Astaga.. Eli.. maaf.. maaf aku tak berguna.." Isak tangisnya semakin kencang bersahutan dengan Porsche.

Segala huru-hara ini dimulai saat pengawal pribadi Damian--Ayah Kinn--datang ke kastil kediaman keluarga Porsche untuk memberitahukan kalau sang tuan telah diamankan istana sejak tadi malam. Mendengar alasan dibaliknya, Porsche melesat secepat kilat dan mendobrak paksa pintu kamar Pete. Begitu nelangsa saat omega manis itu tak mendapati kehadiran sahabat karibnya di dalam sana. 

"APA KAMU MAU DIAM SAJA?! APA KAMU TAKUT DITANGKAP SEPERTI AYAH DAMIAN?! KALAU BEGITU AKU SENDIRI YANG AKAN DATANG KE ISTANA!"

"Sayang, dengar-"

"AKU TAK TAKUT PADA KAISAR ATAU SIAPA PUN ITU! INI SUDAH CUKUP MEMUAKKAN. AKU AKAN BAWA PETE PULANG SEKARANG JUGA! TEMPAT INI TERLALU JAHAT PADANYA! AKU AK-"

"PORSCHE!"

Ruangan itu seketika menjadi hening. Semuanya terkejut mendengar nada tinggi keluar dari mulut seorang Anakinn. Meski selalu mendominasi, pria alpha itu biasanya memiliki cara sendiri untuk menegur atau marah. Jauh berbeda dari Vegas yang selalu mengandalkan emosinya di berbagai situasi.

"K-kamu membentak.. aku?" Porsche mendongak. Hidungnya merah menampung lendir dengan wajahnya yang basah. Mencubit hati Kinn yang langsung menyadari kesalahannya.

"Sayang, maaf. Aku tak bermaksud-"

 Aku tak bermaksud-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He's My Queen (VegasPete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang