-Author Pov-
Setelah perawakan Pete nampak memasuki pekarangan rumahnya, Kinn menginjak pedal gas mobil dan meninggalkan komplek perumahan dari sahabat kekasihnya itu. "Kinn, kamu tahu kalau kesalahanmu tadi sangat fatal?" Porsche memecah keheningan sembari menatap ke arah jendela mobil di sebelahnya.
Tangan kiri Kinn beralih menggenggam tangan kanan Porsche dan memberikan usapan lembut disana, "Aku tahu. Tak seharusnya aku menyinggung hal-hal itu di hadapan manusia." Kinn menarik tangan Porsce ke depan bibirnya untuk dibubuhkan sebuah kecupan.
Porsche mendengus kesal. Ia melepas genggaman tangan Kinn dan menghadapkan tubuh ke arah kekasihnya yang masih fokus menyetir, "Aku tak mau kehilangan Pete akibat kecerobohanmu. Ingat kinn, Pete bahkan tak tahu kita siapa dan aku tetap ingin dia menerimaku sebagai sahabatnya. Aku tak mau Pete menjauhiku karena ketakutan!" Porsche meggerutu penuh emosi.
Kinn tak menjawab. Pria alpha itu hanya mengangguk dan menatap sekilas ke arah Porsche seakan menyalurkan kata maaf yang tak ia ucapkan secara verbal. "Tapi Kinn, apa yang kamu ucapkan tadi pada Pete, apakah benar? apa tubuhnya.. dipenuhi feromon alpha?" Porsche bertanya dengan penuh kekhawatiran.
Kinn mengangguk mantap dan mengubah raut wajahnya menjadi serius, "um. Kamu mungkin tidak akan mencium apapun meskipun kamu seorang omega karena kita sudah marking dan kamu hanya mampu merasakan satu feromon alpha, yaitu milikku. Tapi bagi aku, feromon alpha yang menyeruak dari Pete sangat mengganggu. Itu seperti peringatan dari alpha yang menidurinya bahwa Pete adalah miliknya dan ia akan membunuh siapapun yang berani menyentuhnya," ujar Kinn.
Porsche terkejut, "itu artinya.. besar kemungkinan pria yang meniduri Pete kemarin adalah anggota wolfpack. Tapi kinn, kenapa kamu sebut feromonnya mengganggu? kamu seorang alpha dominant dan bahkan memiliki hubungan darah dengan Kekaisaran Hera. Apa alpha yang meniduri Pete sebegitu kuatnya?" Pria manis itu bertanya tanpa henti.
Kinn menghela nafasnya seraya menepikan mobil yang mereka kendarai untuk menepi di bahu jalan dan menyenderkan belakang kepalanya ke senderan jok. Tatapannya ia alihkan menuju sang kekasih, "kamu tahu sayang? feromon alpha itu bukan hanya mengganggu dan terkesan posesif. Ada karakter yang sangat familiar dan aku tahu betul siapa pemiliknya." Kinn tersenyum simpul.
-Pete Pov-
Aku duduk di atas sofa ruang utama hingga arah pandangku kini tegak lurus pada figura besar yang menampilkan rupa bahagia seorang ayah, ibu dan anaknya.
Foto keluargaku.
Kalau aku ingat dengan baik, sudah 11 tahun berlalu sejak ayah dan ibu menghilang tanpa jejak di usiaku yang saat itu baru menginjak 10 tahun. Lenyap tanpa satu pun kepastian yang dapat aku jadikan pegangan. Mencapai tahap dimana sekedar kabar kematian pun tak pernah tiba ke telingaku.
Padahal, pagi itu mereka hanya berangkat ke kantor seperti biasa. Tak ada yang aneh. Kecuali dengan raut wajah mereka yang menunjukkan kegelisahan. Dimana ayah tak henti-hentinya mengamanatkan seluruh penjaga untuk tetap berada di rumah. Pun dengan ibu yang sibuk memberikan berbagai petuah pada Malvin -kepala pelayan kepercayaan keluargaku.
Aku masih ingat dengan betul bagaimana hari itu aku merengek ingin ikut mereka pergi ke kantor. Namun, bukan jawaban yang kudapatkan. Mereka hanya mendekapku erat sembari memberikan keyakinan bahwa apapun yang terjadi, aku akan tetap berbahagia dan tumbuh dengan sehat.
Ayah dan ibu bahkan berjanji. Sebuah janji yang hampir menyerupai sumpah tentang bagaimana mereka akan selalu kembali ke sisiku. Sesulit apapun kondisinya.
Perlu ditegaskan bahwa aku dulu merupakan seorang anak yang selalu percaya atas semua perkataan ayah dan ibu. Alasannya sederhana. Mereka itu seperti pahlawan super yang begitu sakti mengusir setiap kesedihan dan ketakutan dalam hidupku. Begitu konyol hingga aku bahkan sangat percaya bahwa nasi tersisa yang tak aku makan di piring akan menangis dalam penderitaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.