-Author Pov-
Sudah sering dijelaskan kalau Pete adalah satu-satunya pendengar setia bagi ocehan Arm tentang teori alam semesta di dunia parallel. Mendapat asupan teka-teki untuk dibahas setiap hari, rupanya sukses untuk membuat Pete menjadi pribadi yang lebih cepat tanggap dari sebelumnya. Tapi, apa yang terjadi sekarang? kenapa mendadak otaknya benar-benar kosong saat mendengar ucapan pria tua di hadapannya?
"Apa.. apa maksudmu?" Pete mengeratkan pelukan pada perutnya. Mencoba untuk meredakan pergerakan sang buah hati yang kian semakin lincah mengiringi degup jantungnya yang menderu tak karuan. Sebuah bentuk kegelisahan penghibur hati tetua adat yang kini menertawakannya dengan hinaan.
"Pete.. Pete Jakapan. Haruskah aku mengatakan bahwa seharusnya namamu adalah Pete van de Perre?" Tangan penuh kerut miliknya kini berhasil membuka kunci dari jeruji besi yang terasa dingin. Membuat langkah yang mengundang pria manis di hadapannya untuk semakin menyeret tubuhnya sendiri ke arah belakang. "Kau tahu? aku begitu membenci wajahmu. Eli benar-benar menurunkan segala yang dimilikinya padamu. Bahkan, jati diri leluhurnya yang merupakan ras campuran dengan manusia pun dia wariskan." Satu kakinya menginjak rantai kaki Pete agar ia berhenti bergerak. "Kau lahir tanpa feromon alpha maupun omega. Kehadiranmu adalah suatu cacat terbesar dalam hidupku." Stabilitas pada nada bicaranya menandakan bahwa pria tua itu begitu yakin akan seluruh hal yang disampaikannya.
Kini Pete mengerti. Nalar yang sedari tadi enggan untuk menerima kenyataan itu akhirnya menangkap maksud dari ocehan sang tetua adat. "Jadi.. aku.. aku-"
"Kau anak kandung Loyd dan Eli. Kau anak terkutuk itu." Selaan tetua adat mencipta badai dalam isi kepala Pete. Telinganya pekak dan hatinya nyeri dihantam kuat.
Apalagi sekarang? rahasia apalagi yang harus terungkap di setiap titik terendahnya dalam hidup? bukankah terlalu berlebihan untuk mengetahui kalau dalang kejahatan dalam hidupnya tak lain merupakan kakek kandungnya sendiri? ini terlalu banyak. Takdir begitu kejam pada Pete.
"Dengar." Pete mencoba menetralkan nafasnya sebelum akhirnya memberanikan diri untuk memerangkap pandang dengan lawan bicaranya. "Pertama-tama, maaf untukmu. Maaf kalau kau sudah begitu lelah untuk membuangku sejak aku lahir namun berakhir sia-sia karena ayah dan ibu kembali menemukanku. Kau percaya takdir, kan? bukankan itu omong kosong yang selalu kau deklarasikan untuk memisahkanku dari Vegas? hal serupa juga terjadi. Takdir yang membawaku kembali ke pelukan ayah dan ibu." Seutas senyum dipamerkannya dengan penuh keceriaan.
Tetua adat meradang. Ia memindahkan pijakannya dari rantai menjadi pada salah satu kaki Pete yang membiru dan mencipta rintihan memilukan dari mulutnya. "Jangan pernah mengguruiku tentang takdir. Loyd adalah lambang kegagalan dalam hidupku. Lahirnya dirimu merupakan sebuah bukti seberapa cacat seorang Loyd sebagai anakku." Pandangannya beralih ke arah perut Pete. "Mengetahui bahwa penerima Manik Hera milik putra mahkota adalah anak terkutuk sepertimu merupakan hal paling menjijikan. Dengan mengandung anaknya, apa menurutmu posisi putra mahkota di takhta kekaisaran akan aman?" Ia terkekeh kecil.
"Katakan saja semuanya, brengsek." Pete mendesis sambil menahan rasa sakit pada kakinya yang terasa berdenyut.
Tetua adat melepaskan pijakan kakinya dan berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan Pete. "Vegas bukan seorang putra mahkota yang disenangi para fraksi bangsawan. Perangai buruknya menutupi semua keunggulan yang ia miliki. Mereka semua lebih memilih untuk patuh akan seluruh perintahku. Mempertahankan anakmu--yang semua tahu adalah anak terkutuk--hanya membahayakan posisinya. Lagipula.. mudah bagiku menjadikan Macau sebagai penggantinya mewarisi takhta." Ekspresinya terlihat senang melihat keterkejutan dari raut wajah Pete.
Pete tertawa miris. "Ayah dan ibu, sekarang Macau. Kau sedang membual apa? mau membuatku bingung denga-"
"Kau tadi memanggil nama Macau. Kurasa kau sudah mengenalnya dengan baik. Apa kau tahu alasan dibalik kebencian Macau pada putra mahkota dan kaisar?" Pertanyaan itu membungkam Pete. Ia berusaha untuk menghubungkan benang merah yang terlanjur tergulung begitu kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.