-Author Pov-
Entah sudah berapa kali Malvin mengetuk pintu kamar Pete. Berharap agar pemuda manis itu mau menemuinya dan memakan sesuatu untuk mengisi perut. Tentu saja harapan itu tak terwujud. Mengingat betapa beratnya hari ini untuk Pete tanggung. Tak akan ada yang mengerti bagaimana rasanya menanggung rahasia yang dimiliki orang kepercayaan seperti Malvin, renggangnya hubungan dengan pujaan hati seperti Arm, diperlakukan tak manusiawi oleh pria bajingan seperti Vegas, dan dibohongi oleh sahabat seperti Porsche.
Menjemput hilir pertengahan malam, Pete yang semula terlelap nyenyak dalam peraduan tiba-tiba saja terbangun saat sekujur tubuhnya terasa panas. "Agh-" Erangan tertahan pun lolos saat tubuh bagian bawahnya mulai berdenyut menyebarkan rasa sakit yang menyiksa. Kondisi ini mulai memicu perubahan pola nafas Pete yang tersendat. Kepalanya bahkan terasa pening. Ada keinginan yang meletup kuat dalam dirinya untuk mendapat sentuhan. Pun dengan aroma cendana yang tiba-tiba saja terbayang begitu menggiurkan dalam benaknya.
"V-vegash.." Pete menggeram. Tubuhnya terus meliuk tak tentu arah sambil mencengkram kuat seprai putih yang membalut ranjang tidurnya. Perlahan tapi pasti, helai demi helai busana yang dikenakannya terlepas setelah ditanggalkan.
Dengan sisa kekuatan yang ada, Pete menjangkau tangannya ke arah nakas samping ranjang hingga sebuah gawai kini dicengkram erat dalam genggaman. Dengan tangan yang bergetar, pria manis ini sibuk mencari riwayat pesan dan mulai melakukan panggilan. Butuh waktu yang cukup lama bagi Pete untuk menyerah setelah tak kunjung mendapat jawaban dari seseorang di seberang sana. Kondisi ini tentu membuat Pete merasa kesal hingga ia refleks membanting kasar benda persegi panjang dalam genggamannya itu ke sembarang arah.
Dalam posisi duduk di atas ranjang, Pete melebarkan kedua kaki lalu menurunkan tangan kanannya. Dibenamkanlah jari tengah miliknya ke dalam lubang senggama. "Angh." Kepala sang pria manis ditengadahkan saat kenikmatan luar biasa ia rasakan dari rematan celah sempitnya. "AH!" Jerit lenguhan terbebas begitu saja saat Pete berhasil menyentuh tepat di satu titik.
"Well done. You found it." Pete tersentak saat sebuah suara familiar berujar memberikan pujian baginya. Begitulah, pria manis itu menoleh ke arah samping untuk mendapati eksistensi Vegas yang tengah berdiri tepat di samping pintu kaca.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Pete segera bangkit dari ranjang. Pria manis itu nampaknya perlu diingatkan bahwa kulit putih miliknya kini tak terlapisi oleh sehelai benang pun. Pete tak peduli. Ia justru melangkah gontai ke arah Vegas yang kini terlihat begitu tampan dalam balutan kemeja satin hijau dan celana bahan hitam khas seleranya.
Bersimpuh di hadapan sang putra mahkota, Pete menengadahkan wajah cantiknya yang kini sudah dibasahi peluh. Mahakarya ini terlalu indah hingga Vegas tak bisa menahan dirinya untuk memberikan belaian pada pipi kiri Pete dan membuat pria manis itu memejam sambil menikmati sensasi nikmat. Vegas bahkan beropini bahwa Pete sangat mirip seekor kucing.
Masih sibuk untuk bermain permainan majikan-peliharaan, Vegas terlonjak kaget saat tiba-tiba saja resleting celananya kini berada dalam gigitan Pete. Pria manis itu rupanya juga telah menampatkan kedua tangannya di sisi luar paha Vegas dalam cengkraman yang kuat. Seakan tak ingin memberikan jeda, Pete mulai menurunkan gigitannya hingga tautan kancing dan resleting celana bahan hitam itu terbuka bebas. Pun dengan helaian kain yang kini tak lagi menutupi bagian selatan tubuh si pria alpha. "Nakal. Kamu mau ap- ugh" Rasa hangat di pangkal kejantanannya berhasil membungkam Vegas yang hendak berujar.
Pete? pria manis yang mulutnya tersumpal penuh itu mendongakkan kepalanya dengan tatapan sayu dari kedua pelupuk mata yang sudah berair. "Shit, don't you- dare to show that face in front of other man. Kamu punyaku." Vegas bersusah payah untuk mempertahankan kewarasannya. "Biu. My one and only Biu." Pria alpha itu mulai meracau tanpa henti hingga akhirnya lenguhan panjang lolos seiringan dengan putih yang berhasil ia jemput. "Ahh-" Pete tersenyum. Bangga telah membuat Vegas tak berdaya di bawah kendalinya.
Dalam nafas yang memburu, Vegas melerai ikatan antar kancing kemeja satin yang ia kenakan. Hingga tiba pada bagian terakhir, pria alpha itu membuang helaian kain balutan tubuhnya ke sembarang arah dan berjalan ke arah ranjang. "Wanna join me?" Vegas bertanya setelah membaringkan tubuhnya dan menatap jahil ke arah Pete.
Kebahagiaan membuncah hebat bagi sang putra mahkota saat Pete dengan senang hati merangkak naik ke atas tubuhnya. "Cantik, mau apa?" Belaian lembut Vegas berikan pada leher putih sang pengantin. "K-kamu." Jawaban itu terdengar samar hampir menyerupai bisikan. "Ulangi, cantik. Biu mau apa?" Vegas mulai mengusap kilap ranum merah muda milik Pete. "ouch- don't bite, naughty." Pria alpha itu meringis dalam kekehan kecil saat Pete menggigit ibu jari miliknya.
Pria manis yang sudah kehilangan kesabaran itu tanpa komando langsung saja melebarkan kedua kakinya. Posisi ini jelas memberikan akses istimewa bagi Vegas untuk melihat pemandangan indah dari kepemilikan sang pengantin. "Beautiful, beautiful, Biu." Syair memuja itu dilirihkan Vegas sembari mencengkram kuat bagian paha dalam Pete.
Tak mengindahkan hal lain, Pete beranjak menggenggam kejantanan Vegas dengan tangan kiri saat tangan kanannya ia gunakan untuk menopang bobot tubuh yang ia naikkan ke atas. Saat dirasa celah masuk lubang senggamanya berada dalam posisi yang tepat, pria manis itu memberikan dorongan kuat ke arah bawah hingga penyatuan pun terjadi dalam rematan sempurna. "Ahh-" Kabut gairah semakin tebal saat lenguhan kenikmatan diloloskan oleh kedua adam dalam ruangan itu.
Pompaan pun saling mereka berikan demi mencari kenikmatan yang memabukkan. "Ugh- Vegas." Pete menopang kedua tangannya ke belakang tubuh hingga lahapan lubang senggama miliknya terpampang jelas di hadapan Vegas. "Anak cantik. Sayangku yang begitu ngh- hebat membawaku masuk." Pria alpha itu mencengkram kuat pinggang ramping milik Pete.
Vegas bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk. Meraup habis ranum merah muda milik Pete yang saat ini sudah menjadi candu dalam fantasi kotornya. Lumatan dan gigitan yang sang putra mahkota berikan pun mampu diimbangi oleh Pete. Keduanya jelas terhanyut dalam rasa lapar yang tak pernah habis. "V-vegas. mph- aku s-sampai!" Pete menjerit kuat saat mendahului Vegas dalam menjemput putih.
Vegas melepas penyatuan diantara mereka dan membalik posisi Pete hingga berbaring di bawah kungkungannya. Dengan peluh yang menetes, pria alpha itu menurunkan wajahnya hingga berhadapan dengan perut sang pengantin. "Sleep tight. Ayah mau menyalurkan cinta pada ibumu saat ini. Apakah tugas dimengerti? pangeran?" Semburat merah pecah di kedua pipi merona milik Pete. Interaksi Vegas pada calon anak mereka merupakan hal yang sangat menggemaskan.
Sesaat setelah hentakan kuat kembali Vegas berikan pada bagian selatan tubuhnya, bola mata Pete menggulir putih menahan kenikmatan yang ia rasakan. "Vegas.. pelan." Rintihan Pete seakan menjadi alunan musik yang memicu sang putra mahkota untuk lebih gencar menciptakan jejak kepemilikan di bagian leher dan dada sang pengantin.
Vegas menggigit daun telinga kanan Pete. "Biu. Kalau aku tekan disini, enak tidak?" Pertanyaan itu dilontarkan seiringan dengan hentakan kuat yang Vegas berikan pada titik kendali Pete. "Agh!" Jeritan Pete seakan menjadi jawaban yang memuaskan bagi Vegas. "Haha- i was right. Aku sudah hafal semuanya." Air mata mengalir deras membasahi wajah cantik Pete. "Vegas, more." Sang putra mahkota yang merasakan rematan pada kejantanannya semakin kuat memahami bahwa pria manis dalam dekapannya sudah siap untuk kembali mencapai puncak.
Turut merasakan hal yang sama, Vegas menempatkan wajahnya di telinga Pete. "Bersama ya untuk sekarang?" Bisikan itu diabaikan Pete yang tiba-tiba saja menggigit bahu kekar milik Vegas untuk meredam jeritannya. Beberapa saat kemudian, Vegas pun memeluk erat tubuh mungil sang pengantin dalam lenguhan panjang. Membebaskan pelepasannya hingga celah sempit itu terisi penuh.
Vegas menurunkan kepalanya menghadap perut ramping Pete. "Good job, your highness." Ujarnya seraya membubuhkan kecupan yang ia tujukan pada jagoan kecilnya.
TBC
Hwaaa biy selalu berasa disedot energinya dari ubun-ubun tiap abis nulis NC😭
Ini bekal kekuatan buat kalian jaga-jaga nanti episode 14 vp bikin nangis tersedu-sedu :')
jaga kesehatan selalu, bubbles!❤️🦔
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.