-Author Pov-
Kerut kusut dari jaringan kulit membiaskan kesan gersang dari kehidupan dengan separuh nafas yang tercekat. Tak peduli seberapa kuat ia mencari jawab atas penyebabnya, tanya yang ia miliki tetap berakhir di persimpangan jalan.
Degup jantungnya meronta seakan berteriak bahwa ada bahaya besar yang akan mengancam keteguhan lajunya. Pandangannya sesekali kabur. Objek tangkap dihadapannya menjadi berbayang dan membuat kepalanya terasa pening. Apakah ajal sebentar lagi akan menghampirinya? entahlah. Pria tua itu tak tahu. Ah, bukan. Lebih tepatnya, ia tak ingin hal itu terjadi.
"Kau terlihat tak baik, tetua adat. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Pria alpha bergelar kaisar itu pada akhirnya tak lagi mampu menahan diri untuk menanyakan kondisi dari yang lebih tua. "Istirahat saja. Aku sudah memanggil Nona Vivian kemari untuk menjemputmu pulang," lanjutnya.
Mendengar ucapan kaisar, tetua adat tentu merasa gusar. "Anda tak perlu memaksakan diri untuk terdengar mengkhawatirkan saya, paduka kaisar. Lagipula, tak ada yang salah pada diri saya. Mungkin saya hanya sedikit lelah karena kesibukan saya di pusat pemujaan dan istana yang bertambah padat berkat menghilangnya putra mahkota," sarkasnya.
Kaisar tersenyum masam mendengar ucapan tetua adat. Tak ada yang salah, memang benar bahwa putranya itu tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Jejaknya seakan dihapuskan. Meski begitu, sampai detik ini ia bahkan tak mengerahkan pasukan apapun dari kekaisaran untuk melakukan pencarian. "Kau benar. Kekaisaran kacau dan anak itu menghilang. Masyarakat juga mulai mencurigai rahasia yang kita tutup rapat-rapat. Rumor memang cepat untuk menyebar." Ia melirik ke arah yang lebih tua.
"Tapi aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi padamu, tetua adat. Kau berkata bahwa dirimu baik-baik saja saat kenyataannya sama sekali berkebalikan. Bahkan, cangkir teh di hadapanmu itu tak berhasil kau angkat dalam genggaman sedari tadi."
Prang.
"Kau mengejutkanku. Apa ada pecahan kaca yang menggoresmu?" Kaisar bangkit dari duduknya dan menghampiri tetua adat yang duduk tak jauh dari posisinya. Mereka berdua kini tengah menikmati sesi minum teh setelah makan siang. "Biar aku lihat-"
"MENJAUH!" Tetua adat menepis uluran tangan kaisar. Tak menyadari bahwa gemetar pada tubuhnya semakin hebat dan tentu saja itu tak lolos dari penglihatan yang lebih muda.
"Aku sudah bilang, kalau kau sedang tak sehat, istirahatlah. Bagaimanapun usiamu sudah tak lagi muda. Kau tak lupa akan fakta itu dan mengharapkan hidup yang kekal, kan?" Didekatkan wajah miliknya hingga tepat berada dihadapan yang lebih tua. "Kalau saja semua lumbung nyawamu habis, mungkin sudah sejak lama harusnya kau tak lagi bernafas. Apakah aku dapat menyebutmu sebagai mayat hidup sekarang?" kekehan kecil diberikannya sebagai penutup dari akhir kalimat.
"BERANINYA-"
"Mohon maaf, Paduka kaisar, tetua adat. Nona Vivian telah tiba." Suara penjaga dari arah luar pintu masuk sayup-sayup terdengar dan memecah ketegangan yang terjadi diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.