-Author Pov-
Prasasti memang tak mampu mengabadikan rasa dari seorang pria penuh gengsi seperti Pete. Mengingat bagaimana tak ada satu pun kata cinta pernah terlontar, seharusnya kini Vegas tengah memekik kegirangan setelah membaca keseluruhan bait berisi romantisme yang disuguhkan sang pengantin dengan begitu apik.
Tapi, kenapa?
Kenapa sekarang Vegas malah menjerit dalam tangis yang memilukan? Juga, kenapa Pete biarkan Vegas sibuk untuk meremas lembaran kertas dalam genggamannya hingga membentuk bola-bola kusut yang dilempar ke sembarang arah untuk ia pungut dan rapikan kembali berpuluh-puluh kali? Bagaimana bisa kata-kata manis membuat Vegas membumi ke dasar palung paling dalam?
Diruntihnya berang, ditimangnya malang. Gelar putra mahkota yang ia emban pun turut meringkuk bersama tubuhnya diatas ranjang. "Ini juga tak cukup untukku, Pete. Cintaku belum tuntas, belum dan tak akan pernah.." Begitu erat Vegas mendekap goresan tinta dan visualisasi hitam-putih dari buah hatinya di atas dada. "Disini dingin sekali. Mana peluk hangat yang akan kalian berikan padaku? Disini juga sunyi sekali. Mana senandung pengantar tidur yang akan kalian lantunkan untukku?" Satu tangannya meremas bagian seprai dari tempat Pete biasa berbaring hingga pintalan benang itu kusut tak karuan.
"Apa Venice masih mau memakan sup mie buatan ayah? waktu itu tak enak ya, nak? nanti ayah akan terus belajar ya, sayang?"
"Venice disana jangan nakal. Kalau Venice ingin sup mie, minta tolong dulu pada orang baik disana untuk membuatkannya, ya? bilang saja kalau ayah Venice kaya raya dan nanti dia akan dapat imbalan."
Bintang paling bersinar di langit Vegas telah runtuh dan membuat malam hanya gelap dinaungi hitam. Tak pernah sedikitpun terbayang bahwa semesta yang ia bangun akan dihancurkan begitu saja oleh campur tangan sosok yang selama ini ia sanjung hingga memupuknya untuk memandang singgasana bak belukar penuh ranjau. Kalau saja ucapan Kinn soal pembalasan dendam tak diingatnya, mungkin belati tajam sudah sedari tadi menancap indah di perpotongan leher untuk menjemput maut yang terdengar begitu menggiurkan.
"Maafkan aku, Pete. Andai kamu bertemu dengan orang lain yang hidupnya lebih damai, kejadian ini tak perlu menimpamu. Senyum cantikmu masih akan terpatri jelas menyaingi mentari pagi. Maafkan ayah, Venice. Andai kamu dilahirkan sebagai anak orang lain, nasibmu akan lebih baik.." Masih mempertahankan posisi yang sama, Vegas larut dalam kesedihannya hingga tak menyadari bahwa seorang pria alpha sudah cukup lama menyelinap masuk ke dalam kamar dan berdiri tepat di samping ranjang yang ia belakangi.
"Semoga keselamatan dan ketentraman Dewi Bulan selalu menyertai Sang Pelita dari Kekaisaran Hera." Sanjungan itu menggelitik indera pendengaran Vegas.
"Nop.."
"Maafkan saya, paduka pangeran. Juga.. saya turut berduka cita. Hari-hari dimana Tuan Pete disekap terjadi saat saya masih berada di seberang perbatasan untuk memperoleh informasi yang anda inginkan. Hasilnya positif, paduka. Tuan Pete adalah cucu yang dibuang oleh tetua adat dan ditemukan oleh seorang wanita tua yang tinggal di permukiman dekat lereng gunung tempat anda dulu melarikan diri dari para penculik."
Vegas bergeming. Meski ia sudah lebih dahulu mengetahui kebenaran itu melalui surat yang Pete tulis, hatinya lagi-lagi terasa nyeri. Membayangkan bagaimana ada sosok iblis yang begitu diagungkan dan menjadi pilihan Dewi Bulan untuk memimpin ritual pemujaan, akalnya tak cukup sampai untuk memberikan validasi atas hal janggal semacam itu.
"Nop, apa benar jasad Pete menghilang?" Vegas bangkit dan bersandar pada kepala ranjang dengan lemah.
"Benar, paduka. Entah kebetulan apa yang terjadi, tapi investigasi saya pun selesai bertepatan dengan hari eksekusi Tuan Pete di Bukit Themis." Raut wajah kebingungan dari lawan bicaranya membuat Nop melanjutkan laporan. "Hari sudah malam saat saya tiba di portal utama perbatasan. Saat itu saya terkejut karena tiba-tiba saja portal itu hancur tak bersisa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.