Berbekal penerangan obor dan lentera cahaya, Anakinn memimpin jalan menuju lokasi portal yang digembar-gemborkan kembali hadir setelah menghilang lebih dari 5 tahun lamanya. Tentu bersarang gelisah dalam hatinya untuk melakukan hal beresiko tanpa sepengetahuan Porsche yang masih terlelap damai di atas peraduan. Tapi mau bagaimana lagi? ia tak ingin membahayakan omega-nya yang sudah dapat dipastikan akan memaksa untuk ikut menyeberang perbatasan demi menemui sosok karib yang begitu ia rindukan.
"Oh, yang benar saja?! ternyata benar-benar ada! apakah aku bermimpi? tunggu." Dilayangkan satu tangannya untuk menampar pipi kanan miliknya sendiri dengan kuat. "Awh- ssh, sakit! Wohoo~ aku akan kembali tampil di panggung dengan sound system! persetan dengan menjadi Marquess, aku akan menjadi vocalist band!" Kimhan bersorak kegirangan sambil melompat di tempat dan meninju udara.
"Dia masih terlalu muda untuk kehilangan akal." Chan meringis pelan dan setengah berbisik ke arah Big yang juga nampak keheranan menatap kelakuan saudara sepupu sang kaisar itu.
Anakinn meremat kuat pegangan pedang dan menempatkannya di depan dada seakan musuh tengah bersiap untuk membidiknya dari arah depan. "Portal ini mungkin akan membawa kita menuju tempat paling berbahaya. Tetaplah waspada dan cekatan untuk menghalau serangan apapun yang mungkin akan kita hadapi di depan sana. Saat ini, hanya takdir dan perlindungan Sang Dewi yang dapat menentukan akhir perjalanan kita," ujarnya menoleh ke arah semua orang.
Memutus kemeriahan yang sempat pecah akibat perayaan yang Kimhan lakukan, Phoenix mengikuti perintah Anakinn tanpa membantah. Big yang telah berperan dalam memilih 20 ksatria untuk ikut dalam perjalanan melewati portal pun turut andil dalam pembagian senjata dan formasi untuk menjaga Duke dan Marquess Kekaisaran Hera. Wajar jika mereka merasakan percikan kecil dari rasa takut. Tapi tetap saja, tugas dan tanggungan yang dipikul oleh kedua bahu lebih layak untuk diperjuangkan demi sumpah yang terucap dan tertoreh dalam hati mereka.
"Kau yakin tak ingin memberitahu omega-mu? kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kita setelah ini, kau akan menyesal karena pergi tanpa sepatah kata perpisahan padanya." Chan berdiri mensejajarkan dirinya dengan Anakinn yang nampak muram.
Anakinn menoleh dan mengangguk pelan. "Entahlah, Chan. Aku merasa kalau aku dapat mengandalkan keberuntunganku dalam bertaruh untuk saat ini," timpalnya diselingi kekehan renyah di akhir kalimat.
Big berdiri paling depan menyiapkan pedang dan diapit oleh dua ksatria di masing-masing sisi dirinya. Adapun pada jajaran kedua, berbaris Anakinn di bagian tengah, Chan di bagian kanan dan Kimhan di bagian kiri yang dikelilingi oleh ksatria dengan perlengkapan armor shield yang melindunginya. Tiga pria alpha yang mendapat perlindungan khusus ini juga tidak lepas dari persenjataan lengkap yang mereka miliki untuk membuat serangan balik pada musuh.
Langkah pertama diikuti langkah kedua, langkah kedua diikuti langkah ketiga, begitu seterusnya hingga pilar batu yang membulat dan diselimuti gelap dari warna hitam itu dijangkau dan menciptakan benderang yang menyita pandangan untuk beberapa saat. Gemetar mulai dirasakan para ksatria yang tak henti merapalkan doa untuk keselamatan dalam hati mereka. Meski begitu, pada akhirnya sedikit lega rongga pernafasan mereka kala neraka bukan menjadi tempat bagi kedua kaki untuk berpijak.
"Ini..?" Chan menoleh ke arah Anakinn yang nampak diam membeku. Saat dirinya beralih menatap Kimhan, alpha muda itu justru menjatuhkan pedang dalam genggamannya dan berjalan tanpa keraguan menuju sebuah tiang dengan pancaran cahaya yang bukan berasal dari api untuk ia kecup dan gumamkan kata rindu. "Demi Hera dan segala keajaiban di dalamnya, bisakah kalian menjelaskan terlebih dahulu ini tempat apa?!" protesnya kesal.
Anakinn segera beralih menatap Chan dan kembali mengendalikan fokusnya. "Chan! portal itu benar-benar bekerja dengan baik! apa kau tak pernah datang kesini? ini dunia para manusia!" ujarnya penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Queen (VegasPete)
RomanceAntara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin. Meski begitu, ia tahu betul bahwa apapun pilihannya, ia akan selalu berakhir dalam dekapan seorang Vegas del Hera.