"Yang bener lho jagain Jisung nya. Kamu tau sendiri Jisung orangnya gimana. Masih kecilnya aja udah ngajak ngomong tanaman yang di taman rumah." Peringat Renjun sambil bersiap-siap pergi.
"Iya sayang, tenang aja Jisung aman kok."
"Nanti ajak dia keluar, biar Jie gak bosen di rumah."
"Siap sayang."
"Yaudah aku berangkat dulu. Inget jagain Jisung."
Jeno mengangguk sambil tersenyum. Tak ada lelahnya Renjun memperingati Jeno untuk menjaga Jisung. Renjun akan pergi hangout bersama Haechan, makanya Jeno yang ia suruh menjaga Jisung. Menyewa baby sister?
Tidak, tidak. Renjun takut Jisung kenapa-kenapa, lagian Jeno tak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Jadinya Renjun mengandalkan suaminya itu.
"Huwaaa baba!!" Pekikan nyaring terdengar dari kamar Jisung. Membuat Jeno berdecak kesal.
"Astaga baru sebentar langsung bangun aja tuh anak." Gumam Jeno. Niatnya ia mau bersantai sebentar karena biasanya jam segini Jisung belum bangun.
Seperti tau niat dadynya ini di tambah babanya tak ada makanya Jisung bangun dengan menangis kencang agar merepotkan dadynya
"Sttt.. baba sedang pergi bersama aunty Haechan. Jisung diam ya..." Bujuk Jeno seraya mengelus punggung Jisung yang berada di gendongan-nya.
"Huwaa mau baba, jie mau ikut baba, dady.." bukanya diam, Jisung malah semakin kencang menangis sambil memberontak dengan menggerakkan tubuhnya brutal di gendongan Jeno.
Jeno kewalahan dengan gerakan brutal Jisung. Sepertinya ini keterunan Renjun. Atau dirinya yang brutal jika di ranjang?
"Diam Jisung, baba akan pulang nanti malam. Jika Jisung diam nanti kalau sudah besar bakal Dady nikahin sama Chenle." Seketika tangisan Jisung berhenti.
Jeno mendengus sebal, jika Chenle saja cepat tanggap nya. Padahal Jisung masih berusia 5 tahun, heran Jeno dengan anaknya itu.
"Setelah Jisung mandi lalu kita pergi jalan-jalan ke taman kota bagaimana?" Tawar Jeno.
"Ketemu Chenle?" Lagi-lagi anaknya Mark yang dibicarakan Jisung.
"Kau ini masih kecil. Jangan bucin."
"Setelah jie dong, wlee!" (Seterah jie dong, wlee!).
Jeno menghela nafasnya ketika sang anak malah mengejeknya. "Dasar bocil. Minimal bisa ngucapin r."
Tak!
Jeno menjitak pelan kening Jisung. Iya pelan, pelan saja sudah membuat kepala Jisung terdorong kebelakang. Apalagi kencang, bisa-bisa Jisung terjungkal jatuh dan lebih parah lehernya kecengklak atau kepalanya yang bocor.
{•------» ѕυgar dady «------•}
"Gak mau dady, gerah nanti jie." Jisung menolak jaket kulit berwarna hitam yang akan Jeno pakaikan ke tubuhnya.
Demi apapun Jisung lebih suka style babanya, karena sangat sederhana dibandingkan dengan dadynya.
"Ck, nurut aja. Nanti biar ganteng kayak dady. Tapi inget Gantengan dady."
Jisung merotasikan matanya malas. "Dady sudah tua, jelek."
"Yasudah dady tak akan memberi izin untuk jie bertemu Chenle." Ancam Jeno dengan nada santai.
Jisung membuka matanya lebar-lebar, apa apain itu? Tidak tidak, dia masih ingin bertemu bayi lumba-lumba nya itu.
"Jangan dad, jie masih mau bertemu dengan Lele."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy | Noren [End]
Fanfiction"Dady?" "Yes baby." _________________________________________ Renjun yang ingin mendapatkan uang dengan mudah tanpa bekerja mencoba hal yang ditawarkan Jeno. Awalnya coba-coba, tapi lama-lama kok enak?