[43] Sosok Iblis

1.2K 271 109
                                    

Beberapa jam lalu, di saat yang sama ketika (Name) sibuk mengobati Bakugo, ada banyak pahlawan yang juga sama peliknya tengah menyelamatkan sesuatu. Mereka para pahlawan selalu melindungi tanpa memikirkan nyawa sendiri. Mengesampingkan keegoisan dan bergerak dengan insting yang diasah tajam, semuanya demi sebuah nilai kemanusiaan. Demi keadilan yang sebenarnya tidak bisa dicari kemana-mana.

Midnight harus mangkir dari jadwal mengajarnya karena panggilan darurat dari maskas pahlawan besar. Wanita itu memegang pecut di tangannya dengan keras, menahan semua emosi dan memfokuskan dirinya pada strategi. Ratusan bulu burung berwarna merah mengitari dirinya dan bergetar samar.

"Sialan! Kita kecolongan! Bagian sistem informasi gedung ini telah dihancurkan. Hawks tutup seluruh jalan kabur. Aku akan menghadangnya di sini!" tegas Midninght. Wanita dengan harum semerbak itu pun masuk ke dalam ruangan khusus yang berisi banyak server, menampung banyak informasi mengenai seluruh pahlawan di Jepang.

Midnight harus berhati-hati tatkala bertarung di sini. Jika ia sampai merusak server yang ada, banyak hal buruk akan membuntuti.

Padahal ruangan ini dijaga begitu ketat. Sekelas Midnight pun sebenarnya tidak bisa masuk tanpa izin khusus. Perlindungan robotik dari kelas rendah sampai tinggi sudah ditetapkan. Bahkan pertahanan gedung ini sendiri harusnya cukup untuk menghentikan seekor semut. Nyatanya, saat ini pun Midnight tidak bisa menerima informasi yang didapatnya.

Seseorang berhasil membobol ruangan ini kemudian menyalin dan memindahkan seluruh informasi. Itu adalah hal yang sangat berbahaya. Kebocoran informasi sama fatalnya seperti melakukan pembunuhan.

"Harus kuakui kau cukup keren bisa melakukan hal ini. Tapi kau tidak akan bisa melewatiku!" seru Midnight.

Ditatapnya laki-laki yang tengah menunggunya. Matanya gelap, seakan-akan dipenuhi dendam. Rambut hitam ikal memahkotai kepalanya dan membingkai wajah dengan rahang cukup tegas itu. Bibirnya yang tipis tersenyum. Lelaki dengan seragam smp itu menepuk-nepuk tangannya.

"Wah jadi Tante yang mau melawanku? Tidak! Tidak! Tante terlalu cantik! Aku tidak suka melukai wanita cantik!" ucapnya sambil beranjak dari kursi. Ia berdiri, mengambil kuda-kuda dan posisi bertarung.

"Cih sulit juga buatku. Aku juga tidak suka melukai orang-orang tampan. Apalagi yang masih muda sepertimu!" balas Midnight dengan nada seduktifnya. Ia melibas cambuknya sekali ke arah kursi, membuat lelaki itu menghindar.

"Ah, terima kasih pujiannya. Nah, kalau begitu tante kenapa kita tidak usah bertarung saja?" Si lelaki memberikan usulan yang tidak berguna. Di saat yang sama ia juga memutar otaknya sembari melirik USB yang ia tancap di dekat monitor. Perpindahan data masih 10 persen lagi. Ia harus mengulur waktu sampai semua itu selesai, sedang wanita di depannya ini pasti tengah berusaha menggagalkannya.

Tanpa menunggu lelaki itu selesai berpikir, Midnight melompat sambil merobek lengan baju, membuat wewangian harum memabukkan miliknya tersebar ke seluruh ruangan. "Mana bisa begitu, Bocah! Kau sudah memanggilku tante!"

"Ah.... Ini jadi sulit untukku!" Lelaki itu melompat tinggi sembari menutupi setengah wajahnya dengan kristal berwarna ungu yang keluar dari sisi rahangnya, membentuk masker. "Aku kan jadi bingung harus melawanmu dengan quirk yang mana. Tante  Pro Hero Cantik, aku sungguh tidak ingin melukaimu!"

"Dasar bocah tengik!"

Tanpa mengurangi pengawasan, pro hero dengan rambut sewarna malam itu melompat menuju objektifnya, USB yang tertancap di salah satu panel. Dia harus menggagalkan transfer data.

Namun, bukannya tanpa perlawan, si penjahat cilik menjulurkan tangan kanannya kemudian mengepalkan kelima jari panjang itu. Sebuah mantra terucap ringan dari bibirnya yang nakal. "Kompilasi Ruang Bakat. Gerbang Satu: Less Time."

SUPER CLASS A || BNHA Fanfiction (You and 1-A Classmates)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang