[13] Paranoid

6.3K 1.1K 222
                                    

11.00
.
.
Para calon pahlawan dari kelas 1-A berbaris kembali di tengah lapangan. Keributan yang (name) ciptakan langsung teredam saat Aizawa-sensei kembali dengan kertas absensi di tangannya.

Di barisannya Todoroki menunduk dalam-dalam. Ia menatap telapak tangan kanannya. Todoroki bisa merasakan kekuatan yang dialirkan (name) saat perkelahian tadi benar-benar kuat. Ia masih tidak mengerti dengan quirk yang dimiliki anak baru itu.

Saat itu Todoroki baru selesai mencuci muka dan ia memilih kembali menuju lapangan. Namun ia langsung disambut oleh pemandangan ricuh bercampur dengan rengekan (name) dan teriakan marah Bakugou.

(Name) sedang di kejar-kejar oleh petasan kesurupan dan mereka berlarian di tengah lapangan, sungguh kekanak-kanakan dan tidak elit, pikir Todoroki.

Manusia heterokom itu tentu saja bersikap apatis dan tidak peduli. Ia memutuskan untuk berjalan ke arah bangku kosong sambil berpura-pura tidak melihat kejadian itu.

Sialnya radar (name) menyadari keberadaan Todoroki. Dan suara teriakan (name) mengintrupsinya.

"SHOTOOOOO!!!"

Yang dipanggil menoleh. Ia terkejut saat (name) tengah berlari ke arahnya dengan selisih jarak kurang dari 10 meter. Matanya melebar saat mendapati Bakugou mengejar (name) dengan kekuatan penuh. Yang membuatnya khawatir adalah telapak tangan Bakugou sedang menumpu banyak ledakan.

Todoroki tahu betul, kalau ledakan itu dilepaskan habis sudah seluruh lapangan U.A.

Padahal Todoroki sudah bersiap-siap kabur dan tidak ingin ikut campur dalam pertarungan tidak menguntungkan ini...sampai tiba-tiba (name) bersembunyi di belakang punggungnya, menjadikan Todoroki sebagai tameng hidup. Gadis itu menggenggam erat lengan kanannya.

"Todoroki Shoto tolong aku!" lirih (name), dari nada bicaranya ia terlihat benar-benar ketakutan.

(Name) membenamkan kepalanya di punggung Todoroki, berusaha menghindari mata Bakugou.

"KATSUKI AKU MINTA MAAAAF!!!" teriak (name) panik saat jarak antara Todoroki dan Bakugou semakin terkikis. Tentu saja Bakugou bukan orang yang akan menerima kata maaf semudah itu. Ia sudah sangat siap untuk merubah (name) menjadi adonan mochi.

Sebelum Bakugou sempat meledak-ledak, (name) reflek mengggerakkan lengan kanan Todoroki dan dinding es tinggi muncul dari tanah, membatasi jarak antara Bakugou dan kedua orang itu.

Todoroki terkejut. Ia menatap gadis yang sedang bersembunyi di belakangnya. Apa yang gadis itu lakukan? Padahal Todoroki sama sekali tidak mengerahkan kekuatannya. Tetapi darimana es di depannya berasal? Tidak salah lagi. Di sini cuma dia yang bisa mengeluarkan es. Bagaimana bisa quirknya aktif tanpa izin?

"(Name) apa yang kau..." Todoroki berhenti bertanya saat ia merasa bajunya dicengkram dengan erat oleh gadis itu.

"Shoto terima kasih sudah menolongku. Bakugou serem banget sumpah!"

Hah? (name) tidak menyadarinya?

Todoroki menghembuskan napas panjang. Ia kembalikan fokusnya pada Bakugou. Kini manusia heterokom itu mengerahkan quirknya dengan benar, mencoba membantu (name) sedikit. Tidak ikhlas sebenarnya karena ia berani bertaruh setelah ini pipinya akan diterjang oleh Bakugou.

Bakugou terus meledakkan es tersebut bersamaan dengan sumpah serapahnya. Tapi sebanyak apapun ledakan Bakugou keluarkan sebanyak itu jugalah dinding es kembali menebal. Dan dinding es tak bercelah itu entah bagaimana sama sekali tidak membuat Todoroki terserang hipotermia.

Setelah meregenerasi dinding es puluhan kali Todoroki menurunkan tangannya, dan melepas genggamannya dari (name). Sementara murid baru itu masih tetap menempel pada Todoroki seperti bayi koala.

SUPER CLASS A || BNHA Fanfiction (You and 1-A Classmates)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang