Masih di sore yang sama dengan ketegangan yang gila.
.
.
.
Satu tendangan mendarat di kepala perempuan pemilik quirk kreati itu. Ia dengan cepat mengambil kuda-kuda bertahan. Tapi tendangan kuat itu berhasil membuatnya mundur beberapa langkah.Setelah menendang Momo, pelayan yang telah dirasuki cairan aneh itu berlari ke arah Kirishima mencoba untuk menendangnya.
Kirishima dengan sigap menghindar dan melakukan pengerasan tubuh. Ia harap seluruh tubuhnya mengeras tetapi malah cuma kepalanya. Apapun itu, Kirishima harus memanfaatkan yang tersisa dengan baik. Ia menarik tangan pelayan itu kemudian menyundul kepalanya dengan kuat. "Sadarlah!" bisiknya pilu. Jujur saja Kirishima tidak tega menghajar lawannya kali ini.
Kepala pelayan itu berdarah, pelipisnya sobek. Kepala Kirishima benar-benar keras baik dalam urusan belajar maupun dunia nyata. Tapi layaknya orang kesurupan pelayan itu seperti tidak merasakan apapun. Ia kembali menyerang Momo dan Kirishima. Momo mencoba memukulnya dengan pipa besi tapi gerakan Veera terlalu cepat karena quirk asalnya memang ber-basic kecepatan.
"Bagaimana cara kita mengatasi kecepatannya?" tanya Kirishima.
"Kalau saja quirk Uraraka normal kita dapat menghentikannya dengan pengendalian zero gravity Uraraka," kata Momo sambil melirik iba pada Uraraka yang tengah melepaskan bunga dari orang terakhir kemudian memukul tengkuk orang itu dengan keras.
"Maafkan aku teman-teman aku tidak bisa melakukan apapun," balasnya sedih.
"Kami mengerti perasaanmu Uraraka. Tapi kami juga akan melakukan yang terbaik. Kau bisa tolong kami dengan menelepon agensi pahlawan, (name) bilang ada telepon di meja kasir. Kau telpon saja setelah itu bawa Sero menjauh dari sini!" jelas Momo. Nadanya sedikit tak enak. Bagaimanapun Uraraka itu calon pahlawan. Memangnya ada hero yang akan meninggalkan situasi bertarung sia-sia begini? Ia yakin, harga diri sebagai pahlawan milik Uraraka pasti tercoreng karena ia tak bisa melakukan apapun di situasi yang seharusnya paling bisa ia tangani. Tapi memangnya apa lagi yang bisa ia lakukan?
Uraraka yang mendengar itu menggigit bibir bawahnya. "Apa tidak ada yang bisa aku lakukan selain cuma sekedar meminta bantuan? Aku ingin berguna juga. Deku apa yang akan kau lakukan?"
Uraraka segera berlari menuju kasir. Ia meraih gagang telepon dan mendial nomor yang entah bagaimana tergantung di sticky notes yang ada di dekat situ. Sticky notes itu berisi sebuah nomor telepon dan di bawahnya tertulis 'agensi pahlawan Shieldor' jelas sekali, agensi pahlawan langganan cafe ini.
Teleponnya tersambung, ia menunggu seseorang menjawab sambil melirik pertarungan teman-temannya, harap-harap cemas. Semoga teman-temannya baik-baik saja. Uraraka menunggu telepon dijawab sambil mengetuk-ngetuk meja yang tanpa sadar membuat seluruh barang yang ada di atas meja melayang.
"Halo...selamat sore--"
Teleponnya terjawab dan detik itu juga Uraraka mendapatkan cara untuk menjadi gadis bermanfaat di pertarungan kali ini.
°°°°°
Midnight sedang bersantai di sebuah sofa. Ia kini berada di salah satu kantor agensi. Ia mengunjungi kantor itu untuk mengurus beberapa hal. Biasalah pro-hero selalu sibuk. Apalagi yang terkenal seperti Midnight.
Urusannya sih sudah selesai tapi dia ga minggat-minggat. Ia masih rebahan di sofa itu dengan alasan sofa agensi itu adalah yang terbaik.
"Midnight, bukankah kau harus kembali ke U.A?" tanya Riguru, pro-hero yang menjadi anak di agensi itu.
"Apa kau berusaha mengusirku Riguru-kun?" sungut Midnight. Riguru cuma geleng-geleng kepala kemudian keluar ruangan. "Lakukan sesukamu saja." Ia tak berminat meladeni wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPER CLASS A || BNHA Fanfiction (You and 1-A Classmates)
Fanfiction"Tunggu, kenapa aku harus repot-repot sekolah di U.A? Kelas hero pula!!!" -(Surname)(Name) . "TIDAK BISAKAH KAU TENANG HUH?!!!" -Bakugou . "(Surname) kau tidak boleh membawa makanan ke dalam kelas!" -Iida . "(Name) lepaskan aku!!!" -Izuku . "Bisakah...