[21] Garpu dan Sendok

4.9K 902 318
                                    

Setelah pertarungan itu tentu saja polisi dan bantuan dari agensi Endeavor datang. Akan tetapi pahlawan sekaligus Ayah Todoroki Shoto itu menyuruh semua anak U.A untuk segera kembali ke asrama. Katanya biar dia yang memberi kesaksian soal kejadian hari ini. Itu juga supaya mereka tidak kembali terseret kasus.

"(Name) aku sudah bilang padamu kan jangan menerobos!" marah Iida. Sejak tadi ia terus mengomeli (Name) sepanjang jalan.

"Yang penting kan aku selamat," balas (Name). "Ini itu berkat sendalku," sambungnya.

"(Name) sekali-kali kau memang harus mendengarkan Iida. Kau terlalu nekat," peringat Shoji. "Kau terlalu nekat. Padahal luka di kepalamu belum sembuh."

(Name) menatap sebal Shoji. Iya sih, Shoji itu perhatian dan baik tapi kan (Name) mau menyelamatkan Sanjiro.

Gadis itu mengelus luka di kepalanya yang tidak ia tutupi perban mulai hari ini karena sudah tidak terlalu sakit. (Name) jadi berpikir kalau ia kembali ke kehidupan lamanya apakah ada yang akan memperhatikannya seperti Shoji atau teman-temannnya yang lain.

"Sebenarnya kita semua pun pasti akan melakukan hal yang sama seperti (Name)," kata Todoroki tiba-tiba.

Ketujuh murid itu tidak lagi beradu pendapat. Todoroki benar soal itu. Pada dasarnya memang hampir seluruh calon pahlawan itu nekat. Malah mungkin kalau tidak memiliki sifat itu mereka tidak akan mungkin menjadi pahlawan.

Kalau tidak nekat mana mungkin Midoriya, Todoroki, dan Iida, bisa menyelamatkan Bakugou dari penjahat yang dibawahi All for One. Mana mungkin Tokoyami bisa mengendalikan Dark Shadow di malam hari kalau ia tidak nekat dan memaksa. Kalau bukan karena untuk menyelamatkan temannya yang lain mana mungkin Kaminari mengeluarkan listrik yang terlalu besar sampai mengejutkan otaknya sendiri.

Mereka semua aslinya sudah terlalu nekat. Bahkan untuk menjemput (Name) di Verdent Cafe. Tapi itu jugalah yang membuat mereka menjadi seorang pahlawan.

"Aku tidak suka kalau semakin hari menjadi semakin mirip dengan pahlawan," ujar (Name) sambil berlari masuk lebih dulu ke dalam gerbang asrama. Meninggalkan keenam laki-laki di belakangnya.

"(Name) memang menolak untuk menjadi pahlawan tetapi nalurinya yang liar itu sebenarnya membuatku iri," kata Iida sambil menatap langit yang semakin terlihat cerah karena matahari juga semakin naik.

Midoriya menepuk punggung Iida dan berkata, "kau tidak terlihat seperti biasanya."

"Lebih baik kita cepat masuk. Aku merasa kita akan dimarahi kalau kembali dengan telat," timpal Tokoyami.

***

Setelah dipukul mundur oleh seorang pahlawan elit dan gadis liar,faksi penjahat terpaksa kembali berunding di markas. Namun kali ini All for One ada di sana dengan seorang pemuda di sampingnya.

All for One duduk di sebuah sofa tunggal dan pemuda dengan jas serba hitam itu berdiri di sampingnya. Pemuda itu tampak seumuran dengan gadis yang ingin mereka culik. Rambutnya hitam ikal memanjang sampai batas telinga, hampir menutupi seluruh dahinya. Sorot matanya tampak lembut, kulit wajahnya bersih, tepat di bawah hidungnya yang seperti pahatan sempurna, bibir itu terkatup dengan seulas senyum tipis.

"Selamat datang kembali," ucapnya.

Tak satu pun dari tim Shigaraki yang mengindahkannya. Mereka tahu betul siapa pemuda itu. Sejak pemuda itu dinyatakan bebas dan lulus dari eksperimen gila All for One. Kemana-mana ia selalu bersama penjahat nomor satu itu. Seakan ia sudah menjadi anak emas yang baru.

"Kalian masih senekat itu?" tanya All for One dengan nada yang tajam. Shigaraki membuang wajahnya, tak berniat menjawab.

"Gadis itu belum mengeluarkan kekuatan penuhnya tapi ia bisa membuat Himiko Toga tak sadarkan diri," balas Dabi. Ia meletakkan Himiko di sebuah sofa panjang. Sejak kembali ia masih membopong gadis itu.

SUPER CLASS A || BNHA Fanfiction (You and 1-A Classmates)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang