Pasti ada berkah di balik musibah
Mungkin itu kiasan yang cocok untuk seorang Lee Seokjin. Bagaimana tidak? Semenjak kejadian ia kejatuhan lampu hingga bahunya terluka dan harus dijahit karena menolong Jisoo, kini Jisoo dua kali sehari mendatangi unit apartemennya. Jisoo datang di pagi hari saat akan pergi ke kantor dan di malam hari setelah pulang dari kantor. Itu semua Jisoo lakukan sebagai rasa terima kasihnya kepada Seokjin yang telah menolongnya. Jika bukan karena Seokjin, mungkin dia lah yang akan terluka dan merasakan perihnya luka jahitan.
Sudah hampir satu minggu Jisoo membantu Seokjin. Dari mengganti pakaian, menyiapkan makanan, mengantar Seokjin ke kantor, berbelanja, hingga mengganti perban.
Meski sudah beberapa kali Jisoo melihat Seokjin yang shirtless, tapi ia masih saja tetap gugup ketika mengganti perban dan membantunya mengenakan pakaian. Ia berusaha keras agar raut wajahnya tetap tenang dan tidak memperlihatkan jika dia sedang gugup.
Bagi Seokjin ini adalah berkah karena pengorbanannya, ia bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama wanita pujaan hatinya.
Tepat di hari ke delapan, Seokjin merasakan bahu dan tangannya sudah bisa digerakkan secara normal dan sudah tidak terasa nyeri lagi. Ia sedikit menyesal karena mungkin Jisoo tidak akan mengunjungi apartemennya lagi karena ia sudah sembuh dan sudah tidak membutuhkan pertolongan lagi. Dan dengan terpaksa Seokjin tidak memberitahukan kepada Jisoo bahwa bahunya sudah sembuh agar Jisoo bisa tetap ke apartemennya serta ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya.
Namun sepertinya semesta tidak mendukung. Kebohongannya yang hanya bertahan dua hari saja.
Di hari Minggu pagi, Jisoo sudah sampai di unit apartemen Seokjin. Sesampainya disana, ia langsung menyiapkan sarapan. Di saat Jisoo sudah selesai dengan urusan dapurnya, Seokjin keluar dari kamar setelah mencuci muka.
"Ingin sarapan dulu atau mengganti perban dulu?" Tanya Jisoo.
"Aku ingin makan dulu, perutku sudah lapar."
Jisoo pun menata hasil masakannya di ataa meja.
"Beginikah jika nanti kau menikah denganku?" Gumam Seokjin yang tidak terdengar oleh Jisoo.
Saat Seokjin mulai melahap makanannya, Jisoo tak sengaja melihat kaos yang Seokjin kenakan.
"Itu bukan kaos yang dia gunakan semalam." Batin Jisoo. "Jangan-jangan..."
Jisoo menahan rasa penasarannya hingga Seokjin menyelesaikan sarapannya.
"Seokjin-ssi.. Apa bahumu sudah sembuh?" Tanya Jisoo setelah melihat Seokjin selesai makan.
"Belum. Waeyo?"
"Itu.. kau sudah bisa mengganti kaosmu sendiri."
Skakmat untuk Seokjin!
Jisoo telah menyadari kebohongannya.Seokjin menunduk sambil melihat kaosnya. "T-tidak.. aku tidak mengganti kaosku. Bagaimana bisa aku mengganti pakaian sendiri? Aww.." Seokjin berpura-pura meringis kesakitan untuk meyakinkan Jisoo bahwa ia belum sembuh.
"Jangan berbohong!" Sahut Jisoo. "Aku ingat jelas, semalam kaos yang kau kenakan bukan yang ini. Memang warnanya sama-sama putih. Tapi lihat ini!" Jisoo menunjuk lengan baju Seokjin yang terdapat motif garisnya.
Seokjin pun merasa malu karena ketahuan berbohong. Ya.. memang ia mengganti kaosnya karena kaos yang semalam terkena tumpahan kopi jadi terpaksa ia menggantinya. Meski sama-sama berwarna putih, namun ada perbedaan pada lengan baju itu. Ia kira Jisoo tidak akan menyadarinya. Namun ternyata ia salah.
Seokjin tersenyum malu karena ketahuan telah berbohong.
"Maaf.. memang sudah dua hari ini lukaku sudah tidak terasa nyeri lagi." Seokjin berucap malu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex and My Boss (Complete)
FanfictionCha Jisoo gadis yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan harus dihadapkan dengan kisah cinta segitiga. Dia harus memilih antara sang mantan dan sang bos. Kedua pria itu sama-sama berusaha untuk mendapatkan cinta seorang Cha Jisoo. Siapa di antar...