36. Tell Him

337 32 4
                                    

Setelah mendapat kabar bahwa Jisoo dilarikan ke rumah sakit, dengan segera Lisa bergegas kesana menyusul Jisoo setelah pekerjaannya selesai. Sesampainya di rumah sakit, ia masuk ke ruang igd karena memang Jisoo tidak butuh dirawat inap. Ia hanya perlu tinggal disana hingga cairan infus habis. Setelah itu ia diperbolehkan pulang.

Masalah administrasi dan pembayaran sudah diselesaikan, kemudian Lisa membawa Jisoo pulang ke rumah naik taksi. Di taksi, Lisa sempat menanyakan pada Jisoo mengenai kondisi sepupunya itu. Namun Jisoo hanya bergeming dan terlihat meneteskan air matanya. Lisa dibuat bingung jadinya. Ia tidak tau harus berbuat apa untuk bisa menenangkan sepupunya itu.

"Eonni.. Apa kau butuh sesuatu--"

Lisa tak melanjutkan ucapannya ketika sesampainya di rumah Jisoo langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.

"Ada apa dengannya?" Gumam Lisa yang bingung dengan tingkah Jisoo. Bodohnya, Lisa tadi lupa tidak menanyakan keadaan Jisoo pada dokter atau perawat di rumah sakit tadi. Ia pikir sakitnya Jisoo tidak parah.

Sedangkan di dalam kamar, Jisoo masih melanjutkan acara menangisnya. Meski tangisannya tidak bersuara, namun suara sesengukannya bisa terdengar dari luar.

Beberapa saat kemudian setelah Lisa tidak lagi mendengar suara Jisoo, ia masuk ke dalam kamar Jisoo sambil membawa segelas teh hangat. Ia memberanikan diri untuk menanyakan langsung keadaan Jisoo.

"Eonni.. Ini minumlah!" Ucap Lisa sambil menyerahkan segelas teh dan langsung disambut oleh Jisoo.

Jisoo langsung menyeruput teh hangat itu. "Terima kasih, Lisa."

Lisa memperhatikan dengan seksama wajah Jisoo. Matanya bengkak dan merah sedangkan suaranya serak karena hampir satu jam tadi menangis di dalam kamar.

"Apa kata dokter tadi, Eonni?" Tanya Lisa dengan hati-hati.

Jisoo tersenyum. "Aku baik-baik saja, Lisa."

"Lalu.." Lisa menjeda ucapannya takut apa yang ingin ditanyakan menyinggung Jisoo. "Jika kau baik-baik saja kenapa kau menangis?"

Hanya gelengan yang Lisa dapat dari pertanyaannya.

"Eonni.. Jika ada masalah, kau bisa menceritakannya padaku. Meski nanti aku tidak bisa membantumu, setidaknya bisa meringankan beban pikiranmu."

"Terima kasih karena kau selalu ada untukku, Lisa." Air mata Jisoo kembali jatuh. "Maaf, aku belum bisa menceritakannya padamu. Aku terlalu malu untuk menceritakannya padamu."

Lisa langsung merengkuh tubuh Jisoo yang kembali menangis. Ia mengusap lembut punggung Jisoo mencoba untuk menenangkan. "Tidak apa. Kau bisa menceritakannya nanti. Kapan pun kau mau bercerita, aku siap mendengarnya."

***

Keesokan harinya, Jisoo yang merasa sudah sehat pergi untuk bekerja.

"Apa kau sudah benar-benar sehat, Jisoo?" Tanya Jimin khawatir. "Kau bisa libur dulu jika masih tidak sehat."

"Aku sudah baik-baik saja, Jimin. Lagipula deadline iklan kita tinggal sisa beberapa hari lagi. Aku tidak ingin semuanya tertunda hanya karena aku libur.

"Baiklah. Jika kau masih merasa tidak enak badan, kau langsung istirahat saja. Serahkan pekerjaanmu padaku."

Jisoo mengangguk pelan. "Terima kasih, Jimin."

Selama di kantor, sudah lebih dari lima kali Jisoo bolak-balik ke toilet karena ia kembali merasa mual, bahkan wajahnya terlihat pucat hingga membuat teman-temannya khawatir dengan keadaan Jisoo.

My Ex and My Boss (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang