Perasaan cinta tumbuh karena terbiasa.
Benar sekali! Itulah yang dirasakan Seokjin dan Jisoo. Sudah bekerja bersama selama kurang lebih tiga tahun setidaknya bisa menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya. Namun mereka tidak pernah tau kapan tepatnya perasaan mereka saling tumbuh satu sama lain.
Sejak pertemuan awal, Seokjin selalu memberikan kesan menyebalkan pada Jisoo. Begitu juga sebaliknya. Sejak awal bekerja di kantornya, Jisoo memiliki peringai ketus dengan siapa saja dan itu membuat Seokjin kurang suka dengan kepribadiannya. Namun siapa sangka? Tuhan sang pembolak-balik hati telah membuat mereka berdua saling jatuh cinta.
Meski sering berdebat karena hal sepele, lantas tak membuat hubungan mereka menjadi renggang begitu saja. Hal itu lebih membuat mereka bisa memahami kepribadian satu sama lain.
Hingga kini tak terasa mereka sudah menjalin hubungan selama tiga bulan.
Tentu saja belum ada yang mengetahuinya hubungan mereka. Karena sesuai perjanjian mereka sejak awal, bahwa saat di kantor mereka harus bertindak profesional sebagai atasan dan bawahan. Seokjin yang selalu saja menyebalkan dengan memberikan banyak pekerjaan dan Jisoo yang seperti biasa selalu mengumpat di belakangnya. Namun itu semua tidak mempengaruhi kinerja Jisoo karena pekerjaannya dapat terselesaikan dengan sempurna sesuai keinginan sang manajer.
Semakin hari proyek yang dipercayakan pada tim Jisoo semakin banyak. Karena setiap proyek yang mereka kerjakan, hasilnya selalu membuat klien puas.
Saat ini Seokjin dan Jisoo berada di apartemen Seokjin untuk menyelesaikan persiapan sebuah proyek iklan media cetak.
"Apa semuanya sudah siap? Apa masih ada yang kurang?" Tanya Seokjin pada Jisoo.
"Sudah.. Aku sudah memeriksanya dua kali."
"Bagus. Kalau begitu besok kita tinggal koordinasikan dengan timnya Taehyung."
"Seokjin-ssi.."
Seokjin menoleh ke arah Jisoo. "Sampai kapan kau akan memanggilku seperti itu, Jisoo?"
"Memangnya kau ingin aku memanggilmu apa?"
"Coba panggil aku dengan panggilan yang biasa kau gunakan saat mengumpat di belakangku."
"Kau yakin ingin mendengarnya? Kau pasti akan marah jika mendengarnya."
"Ya.. aku ingin mendengarnya. Aku berjanji tidak akan marah."
"Baiklah.. kau yang memaksaku, Tuan Menyebalkan!"
"Yaakk.. apa kau mengumpatku seperti itu di belakangku?" Ucap Seokjin dengan telinga yang sudah memerah.
"Itu baru satu panggilan, Tuan. Aku masih memiliki banyak panggilan untukmu. Kau mau mendengarnya?"
"Lalu.. apalagi?"
"Emm.. si kanebo kering! Hahaha.."
Jisoo sudah tidak bisa lagi menahan tawanya karena melihat telinga Seokjin yang sudah memerah karena menahan amarahnya.
"Kau sudah berjanji tidak akan marah. Tapi kenapa telingamu merah sekali, Tuan?" Jisoo berkata sambil tertawa terbahak-bahak.
"Terus saja kau tertawa! Aku tidak menyangka jika wanita secantik dirimu bisa mengumpat seperti itu."
Jisoo menyeka air matanya yang keluar karena tawanya. "Karena kau sungguh menyebalkan jika di kantor." Jisoo kembali tertawa. "Ahh.. menyenangkan sekali bisa mengumpat langsung di depan orangnya."
"Jadi kau senang?" Sahut Seokjin.
Jisoo menganggukkan kepala sambil menyeka air matanya yang masih saja keluar karena tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex and My Boss (Complete)
أدب الهواةCha Jisoo gadis yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan harus dihadapkan dengan kisah cinta segitiga. Dia harus memilih antara sang mantan dan sang bos. Kedua pria itu sama-sama berusaha untuk mendapatkan cinta seorang Cha Jisoo. Siapa di antar...