Beberapa hari berlalu setelah Jennie memberitahu Seokjin perihal kehamilannya, wanita itu tak kunjung mendapat respon positif dari Seokjin. Bahkan pria itu sama sekali tak menanyakan kabarnya meski hanya lewat pesan singkat.
Akhirnya Jennie memutuskan untuk menemui Tuan Lee Taejun kakek Seokjin. Ia hendak mengadu perihal kelakuan cucu pria itu yang seakan menghilang ditelan bumi.
"Apa ada hal penting hingga membuatmu datang kesini, Jennie?" Tanya Tn. Lee setelah mempersilakan Jennie masuk ke dalam rumahnya.
Jennie berdiri memberi salam ketika mengetahui sang pemilik rumah menyapanya. "Apa kabar anda, Tuan Lee?" Tanya Jennie basa-basi.
"Seperti yang kau lihat, aku sangat baik. Ya, meski terkadang terasa agak kurang sehat karena pengaruh usia." Tn. Lee mengakhiri ucapannya dengan kekehan. "Bagaimana kabar ayahmu?"
"Sangat baik, Tuan."
Tn. Lee menyeruput teh yang ada di hadapannya. "Ah, ada apa kau menemuiku, Jennie?"
"Emm.. Aku ingin menanyakan keberadaan cucumu Lee Seokjin."
Tn. Lee mengernyitkan dahinya ketika mendengar ucapan Jennie. "Kau tau jika Seokjin tidak tinggal bersamaku. Jadi sia-sia saja kau mencarinya kesini."
"Aku juga tidak tau dimana Seokjin tinggal. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya kesini." Jennie menjeda ucapannya sejenak. "Apa anda mau memberitahuku dimana dia tinggal?"
"Jika aku bertemu dengannya, aku akan memberitahu jika kau mencarinya."
Jennie sudah menduga bahwa Kakeknya Seokjin tidak akan memberitahu dimana cucunya tinggal. Jennie sangat kesal dibuatnya. Baginya cucu dan kakek itu sama-sama menyebalkan!
"Ada yang ingin aku katakan padamu, Tuan Lee." Ucap Jennie setelah hening beberapa saat. "Aku.." Jennie lagi-lagi menjeda ucapannya. "Aku sedang mengandung anak dari cucumu."
Tn. Lee cukup terkejut dengan pengakuan Jennie baru saja. Bagaimana tidak? Ia paham sekali jika cucunya itu sama sekali tidak mencintai Jennie meski pada beberapa kesempatan, Tn. Lee mengajak ayah Jennie makan bersama hanya karena formalitas belaka. Namun menghamilinya? Tn. Lee tidak yakin jika cucunya menghamili Jennie.
"Apa yang kau katakan itu benar?" Tanya Tn. Lee setelah mengatur mimik wajahnya agar tidak terlihat terkejut meski kenyataannya memang terkejut.
Jennie menganggukkan kepalanya. "Aku sudah memberitahu Seokjin perihal ini. Namun beberapa hari ini, dia menghilang begitu saja. Aku takut dia tidak mau bertanggung jawab dan kabur begitu saja." Jennie mulai menitikkan air mata buayanya.
"Jika memang itu benar-benar perbuatan Seokjin, aku akan memastikan bahwa ia akan bertanggung jawab. Tapi jika tidak.. Kau tau akibatnya, kan, Lee Jeenie?"
Dengan air mata yabg masih keluar, Jennie sontak menatap wajah Tn. Lee. Ia tidak berpikir bahwa Tn. Lee akan berkata seperti itu. Ia pikir Tn. Lee akan langsung percaya begitu saja dengan ucapannya.
"Apa kau tidak percaya padaku, Tn. Lee?" Jennie mengusap air matanya. "Bahkan aku sedang mengandung cicitmu. Apa kau berpikir bahwa aku sedang berbohong?"
"Bukan begitu, Jennie.. Jika memang itu benar anak Seokjin, dia pasti mau bertanggung jawab. Kau jangan khawatir."
Awalnya Jennie mengira Tn. Lee akan langsung luluh begitu mengetahui jika ia tengah mengandung darah daging dari cucu satu-satunya. Namun dugaan Jennie salah, sepertinya Tn. Lee tidak percaya begitu saja. Sepertinya Jennie harus menyiapkan beberapa skenario lagi agar Tn. Lee percaya tentang bayi yang tengah ada di dalam kandungannya.
***
Setelah diberi kabar dan dipaksa oleh kakeknya, Seokjin dengan berat hati mengantar Jennie pergi ke dokter kandungan untuk check-up.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex and My Boss (Complete)
FanfictionCha Jisoo gadis yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan harus dihadapkan dengan kisah cinta segitiga. Dia harus memilih antara sang mantan dan sang bos. Kedua pria itu sama-sama berusaha untuk mendapatkan cinta seorang Cha Jisoo. Siapa di antar...