| 29

598 92 17
                                    

Happy Reading 🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading 🍂

Jisoo terpelonjak dari tidurnya sesaat setelah jam weker yang terletak di nakas berbunyi sangat nyaring.

Jisoo kesiangan. Hal ini disebabkan karena gadis itu sulit tertidur gara-gara memikirkan kejadian yang kemarin ia alami.

Fakta tentang papanya yang berkhianat dari sang mama, menjadi mimpi buruknya. Apakah nanti keluarganya akan tetap baik-baik saja? Atau akan hancur dan ia menjadi korban dari keegoisan papanya?

Jisoo menangis semalaman, memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Lihatlah sekarang, mata gadis itu sampai bengkak.

Menghela nafas, lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Hal itu membutuhkan waktu cukup lama, tanpa sadar Jisoo sudah akan terlambat.

Gadis itu menepuk keningnya, bagaimana bisa Jisoo sampai melupakan jika hari ini ada ulangan matematika, terlebih di jam pertama. Jisoo meruntuki dirinya yang sangat pelupa seperti Seokjin.

Dengan tergesa ia berjalan menuruni tangga tak lupa tas yang tersampir di bahu kirinya.

"Good morning, Mom!"

"Morning Sayang, cepet sarapan!" titah Micha.

Jisoo meringis. "Aku udah telat, Ma. Ada ulangan matematika juga. Minum susu aja ya?" Jisoo memohon.

"Bentar deh, Mama bawain kotak bekal dulu buat kamu. Sarapan di sekolah aja ya." Micha beranjak untuk mengambil benda yang dimaksud.

Jisoo mengangguk, lalu melirik Seokjin yang sedang anteng memakan roti isi selai coklatnya. "Abang, Chu--"

"Iya hallo, Sayang." Jisoo mendengus karena ucapannya terpotong oleh panggilan yang masuk ke ponsel laki-laki itu.

"..........."

"Masih di rumah. Apa? Sekarang? Oke-oke aku ke sana, See you. Love you too"

"..........."

"Iya... Iya gak bakal ngebut kok. Cerewet banget sih," ujar Seokjin kepada orang di seberangnya diakhiri dengan kekehan.

Seokjin mengambil jaket yang tadi tersampir di kursi. Jisoo baru menyadari jika abangnya itu sudah berpakaian rapi sepagi ini. Jarang-jarang, biasanya pemuda itu masih dengan muka bantalnya dan mengomel karena dibangunkan hanya untuk mengantar sang adik.

"Abang harus nganterin Irene, Dek. Tadi Abang udah sempet telpon Sehun, katanya dia juga gak bisa bareng sama kamu. Tapi nanti temennya bakal ke sini kok," jelas Seokjin sebelum laki-laki itu beranjak.

Sehun tak bisa menjemputnya. Mungkin laki-laki itu akan berangkat bersama Jennie atau mungkin tidak ingin Jennie menjadi salah paham gara-gara mereka berangkat bersama. Jisoo tersenyum miris, bahkan Sehun sama sekali tidak pernah menolak jika dimintai tolong oleh Seokjin.

Memilih Kamu || VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang