Kenapa si ketua OSIS selalu mepetin gue?
Belum lagi si mantan yang balik lagi setelah satu tahun gaada kabar.
Tapi gue sukanya sama si Ketua basket, gimana dong?
"Balikan yuk, Chu!"
"Hah?!!"
Kisah kita yang baru saja dimulai ~Vsoo
Yuk, luangin wakt...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Follow dulu! Vote juga penting, Comment juga yyaa~~
Happy Reading ☺️
Hari Sabtu sore, seperti biasa di kediaman Arka Agrono selalu digunakan untuk family time. Dua anak laki-lakinya duduk berdampingan di atas karpet. Sedangkan ia bersama Nela Kanela-istrinya, duduk di atas sofa dengan mata yang tertuju ke arah televisi.
"Ish di Indonesia tuh gini ya, lagi seru-serunya malah iklan" runtuh si bungsu kesal melihat sinetron yang lagi tegang-tegangnya malah digantikan dengan tayangan iklan.
"Udah biasa" timpal si sulung.
Si bungsu mundur untuk bersandar di sofa, lalu membalikan tubuhnya dan meletakkan kepalanya di pangkuan sang Bunda.
"Udah gede masih aja manja" sindir suami dari wanita yang sekarang sedang mengelus rambut hitam si bungsu.
Yang disindir langsung menegakkan tubuhnya untuk menatap Arka. "Sirik aja, Ayah mah" dengusnya.
"Kak Stev" Panggilnya.
"Hmm"
"Gak ngerti lagi sama orang yang irit ngomong"
"Iya, apa Taehyung?" Akhirnya Setvano ikut memundurkan tubuhnya agar sejajar dengan sang adik.
"Gak papa, cuma ngetes doang. Kakak kalo lagi sendiri telinganya suka dipasang apa dicopot dulu" Taehyung nyengir.
Stevan mendengus. "Ngaco banget"
"Oh iya, gimana sekolahnya, Kak, Tae?"
"Baik, Yah. Seperti biasa" Stevan memberi tahu.
"Kamu gimana, Tae?" Arka kini bertanya pada si bungsu.
"Baik juga, Yah. Lagi berjuang Tae tuh"
"Berjuang apa? Adaptasi sama lingkungan baru?" tanya Arka penasaran. Masa iya, anak hiperaktif macam Taehyung masih belum bisa beradaptasi. Kalau anak sulungnya sih Arka percaya, jika susah beradaptasi karena memang sangat pendiam.
"Bukan. Berjuang supaya si mantan mau diajak balikan" ujarnya sungguh-sungguh dengan raut wajah konyol.
Nela langsung menjewer telinga anak bungsunya. "Bukannya belajar kamu ini!" hardiknya.
"Aw... sakit, Bun"
"Udah, Bun" Arka melerai.
Stevan tertawa kecil melihat interaksi Ayah, Bunda, dan adiknya. Ia masih tak percaya jika masih mempunyai keluarga utuh yang harmonis. Dulu, Stevan hanya bisa berangan-angan mempunyai sosok ibu yang perhatian bersama Ayah yang penyayang. Karena sebelumnya ia tak mengetahui keberadaan wanita paruh baya yang sekarang sedang mencebikkan bibirnya itu. Sekarang sudah nyata di depan matanya.