Sebelum lanjut, alangkah baiknya follow dan vote dulu!
Ramein juga yyaa~~Happy Reading 😙
"Mau Abang anter?"
Pertanyaan yang Seokjin lontarkan membuat langkah gadis dengan kaos putih dengan celana hitam itu terhenti.
Jisoo menoleh. "Gak usah," balasnya singkat.
Mendengar jawaban singkat yang keluar dari mulut sang adik membuat Seokjin beranjak dari tempat duduknya, berniat menghampiri gadis dengan rambut panjang digerai itu.
"Kamu masih marah sama Abang?"
Jisoo menatap Seokjin sekilas, lalu menggeleng. "Aku gak marah."
"Tapi kamu gak mau Abang anter," sanggah Seokjin.
Jisoo mengehela nafas, mengapa pemuda di depannya tidak mengerti apa maksud dia. "Chu udah ngomong sama Abang, kalo Chu gak mau minta tolong sama Abang lagi. Chu orangnya suka ngerepotin," terangnya, lalu menatap ekspresi tak terbaca pemuda itu.
"Lagian temen Chu mau jemput," lanjutnya.
Seokjin seketika bungkam. Kali ini adiknya benar-benar marah. Mungkin Jisoo merasa ia tak memperdulikannya, padahal salah. Seokjin sangat peduli kepada adik satu-satunya itu. Justru Seokjin sangat menyayangi Jisoo.
Bahkan beberapa hari ini Jisoo hanya berbicara seperlunya dan membalas pertanyaan-nya dengan kalimat singkat. Biasanya tidak, gadis itu akan merecoki ketenangan Seokjin.
Ini salahnya, kejadian pagi itu menjadi awal mula sikap Jisoo berubah terhadap dirinya. Seokjin hanya ingin menepati janjinya kepada Irene untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat ibu perempuan itu dirawat. Seokjin tak menyangka akan terjadi hal semacam ini.
Seokjin masih ingat tatapan dingin yang Jisoo berikan kepadanya kala itu, dibarengi dengan ucapan bahwa gadis itu tidak akan meminta pertolongan kepadanya.
Terbukti beberapa hari ini Jisoo sudah berangkat ke sekolah pada saat Seokjin baru bangun tidur. Jisoo benar-benar menepati ucapannya.
"Maafin Abang. Waktu itu buru-buru banget. Ire-"
"Irene butuh abang, abang udah janji sama Irene, Irene udah nungguin." Dengan cepat Jisoo memotong ucapan Seokjin.
"Udahlah. Harusnya Abang seneng Chu gak ngerecokin Abang lagi."
Awalnya Seokjin berpikir begitu. Tetapi nyatanya tidak, bermusuhan dalam artian yang sebenarnya dengan Jisoo sangat tidak mengenakkan. Adiknya itu lebih sering diam bahkan meskipun sang papa ada di rumah, akhir-akhir ini Jisoo selalu mengurung diri di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Kamu || VSOO
Fiksi PenggemarKenapa si ketua OSIS selalu mepetin gue? Belum lagi si mantan yang balik lagi setelah satu tahun gaada kabar. Tapi gue sukanya sama si Ketua basket, gimana dong? "Balikan yuk, Chu!" "Hah?!!" Kisah kita yang baru saja dimulai ~Vsoo Yuk, luangin wakt...