| 30

748 83 40
                                    

Terkadang ada hal yang harus kita ungkapkan pada orang lain dan hal yang harus kita simpan sendiri. Karena pada kenyataannya, tidak semua orang akan mengerti.

 Karena pada kenyataannya, tidak semua orang akan mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading~~

"Makasih banyak ya, Jinyoung. Gak tau lagi harus gimana kalo gak ada elo." Jisoo menyodorkan helm milik pemuda itu.

Ya, orang yang tadi menawarkan tumpangan kepada Jisoo adalah Jinyoung. Mereka baru saling mengenal, namun sudah seakrab ini.

Bahkan semalam Jisoo dan Jinyoung saling bertukar pesan hingga larut malam. Jinyoung menemani Jisoo yang tidak bisa tertidur karena terus menangis dan overthinking.

Pesan lucu yang dikirimkan Jinyoung sedikit mampu mengalihkan pikiran buruk tentang apa yang Jisoo takutkan.

"Santai aja, Jis. Sana gih masuk! Mau ditutup tuh gerbangnya," sahut Jinyoung karena menyadari bahwa gerbang sekolah Jisoo akan ditutup.

Jisoo menoleh ke belakang. "Ah iya... sekali lagi makasih. Dadahh." Gadis itu berjalan mundur sembari melambaikan tangan kepada Jinyoung. Lalu sepersekian detik selanjutnya berbalik.

"Pak... tunggu!! Tunggu!!" pekik Jisoo sebelum gerbang benar-benar tertutup.

Sementara Jinyoung yang menyaksikan hal itu terkekeh sembari geleng-geleng kepala. Tingkah Jisoo menurutnya benar-benar menggemaskan.

Setelah memastikan gadis itu masuk, Jinyoung melirik arloji yang terpasang di tangannya. Gerbang SMA Cendana pasti sudah ditutup. Ia sudah terlambat. Tapi tak apa, toh terlambat adalah bakatnya selain membuat kekacauan.

Jinyoung memilih untuk memacu sepeda motor menuju tempat ia menuntut ilmu selama kurang lebih dua tahun ini, sesaat setelah menggunakkan helm hitam miliknya.

***

Jisoo berdiri di ambang pintu dengan dada yang naik turun. Gadis itu berlari secepat kilat, karena mendapati koridor yang sudah sangat sepi.

Sontak hal itu membuat Jisoo menjadi pusat perhatian seisi kelas dan membuat gadis itu berdiri dengan salah tingkah. Untuk menutupinya, Jisoo langsung menampilkan cengiran lebarnya.

"Masuk, Jisoo!"

Bariton tegas tersebut mampu membuat Jisoo terpelonjak. Di belakang Jisoo sudah ada Pak Ari berdiri menjulang dengan buku absensi diapit di lengan kirinya.

Jisoo nyengir, lalu menyodorkan tangan bermaksud untuk menyalimi guru matematika tersebut. "Selamat pagi, Pak."

"Telat kamu?" cecar Pak Ari galak.

Memilih Kamu || VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang