5. Kenangan

5.1K 239 0
                                    

"Kalau kenangan mantan masih disimpan, itu tandanya masih ada perasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau kenangan mantan masih disimpan, itu tandanya masih ada perasaan."

□▪︎□▪︎□▪︎□▪︎□

5. Kenangan

Lantai dua Kos Anggrek, menjadi tempat perkumpulan baru bagi para anggota GBSM untuk berdiskusi.
Pasalnya, kalau menggunakan lantai bawah, sudah tentu tidak aman karena Kafka pasti mengetahuinya dan semua akan berakhir sia-sia.

Keempat bujang itu tengah berusaha mati-matian menyusun strategi agar Kafka dan Khanza bisa bersatu kembali. Mereka berdiri melingkari meja, di tengahnya terdapat Sultan yang membentangkan gulungan kertas karton putih di atas meja.

"Peta apaan, nih? Macam benang ruwet," ejek Haris sewaktu peta tersebut berhasil dibentangkan dengan sempurna. Tulisan yang ada tidak bisa dibaca secara jelas. Bahkan cara Sultan menulis pun tidak lurus ke samping, tapi naik turun seperti roller coaster.

"Ini namanya seni."

"Iya, seni. Seni memalukan diri," timpal George mendapat lirikan sinis Sultan.

"Eh, foto siapa, nih?" Askara menujuk foto berukuran 3×4 yang tertempel di pojokan kertas. Foto wanita bermata sipit dengan rambut merah kecoklatan sebahu.

Sultan menggampar tangannya. "Jangan dipegang, itu foto ayang." kemudian dielusnya foto tersebut seolah telah ternodai oleh debu kotor.

"Ngapain lo tempel disitu?"

"Suka-suka hati guelah."

"Dih, bucin."

"Iri?" tanya Sultan, "bilang bos."

"Gue iri sama lo?" Askara tertawa hambar, "sorry, meskipun gue jomlo, tapi hidup gue happy."

"Kenapa jadi ribut gini, sih? Jadi nggak nih rapatnya?" ujar George kesal. Padahal ia sudah rela meluangkan waktu hanya untuk mengikuti perkumpulan tidak jelas ini dari pada mengerjakan tugas kuliah yang sedang menumpuk menanti untuk disentuh.

"Ya jadi dong," jawab Sultan.

"Buruan makannya, jangan kebanyakan cincong."

Sultan mengeluarkan sebatang pensil dari dalam saku sebagai alat tunjuk. Ia mulai menjelaskan rencana strategi buatannya yang dikerjakan semalam penuh hingga membuatnya begadang semalaman.

"Pertama, kita harus melakukan penelusuran untuk memastikan apa dugaan kita terbukti benar adanya atau tidak. Jangan sampai kita menyatukan dua hati yang perasaannya udah lama mati." Sultan memberi jeda sesaat.

"Kalau infomasi atau bukti yang kita dapatkan udah valid. Baru deh kita bisa bergerak ke langkah selanjutnya. Misi penyatuan." lanjutnya.

"Gue nggak ikutan." George memutuskan.

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang