35. Warung Ceriwis
Perjalanan tak semulus yang mereka bayangkan. Tiba-tiba langit menghitam disusul rintikan air yang lambat laun makin deras. Memaksa Kafka untuk melipirkan motornya ke warung terdekat.
"Basah, Za?"
"Gapapa, Cuma basah dikit."
Kafka membuka jok motor. Ternyata hanya ada satu jas hujan di motor Askara. "Jas hujannya cuma ada satu."
"Yah..." Khanza sedih. "Ya udah deh gapapa. Kita nunggu sampai hujannya reda aja."
"Atau lo pakai aja jas hujannya?" Kafka menyodorkan jas hujan berwarna hijau muda.
"Terus lo pakai apa?"
"Ya gak pakai apa-apa."
Khanza menggeleng. "Enggak ah, entar lo sakit lagi."
"Enggak, Za. Lo pakai aja gapapa."
"Nunggu hujan reda aja, Kaf. Baru kita ngelanjutin perjalanan sama-sama."
"Welcome to my warung! Habiskan uang lalu pulang dengan perut kenyang!" suara melengking seseorang mengagetkan keduanya. Muncul seorang wanita dari dalam warung tempat mereka berteduh.
"Astagfirullah, Ibu, saya kaget." Khanza mengelus dada.
Ibu itu nyengir. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Numpang neduh bentar ya, Bu?" Kafka meminta izin.
"Mohon dibaca," kata Ibu itu menunjuk plakat kayu di atas warungnya.
Keduanya sontak mendongak, menatap plakat bertuliskan "Habiskan Uang Lalu Pulang Dengan Perut Kenyang."
"Mau makan apa?" Lantas ibu itu bertanya lagi. Sepertinya ia sedang berusaha mengorek habis isi dompet keduanya.
Khanza mengerjap tak percaya. Ia serasa ditodong debt collector berwujud pedagang.
"Nasi campur satu, Bu," ucap Kafka.
Khanza menganga kaget. "Lo mau makan?"
"Nggak ada salahnya, kan? Lagian juga masih hujan, mending nunggu sambil makan."
"Kalau neng cantik ini mau apa?" tanya sang penjual.
"Teh anget aja, Bu."
"Oke, siap."
Warung ini tidak mewah. Bangunannya dibuat sederhana menggunakan papan kayu. Namun, inilah yang menjadikannya teduh. Ya, nama warung itu adalah Warung Ceriwis. Menjual beraneka macam nasi dan lauk pauk. Keduanya duduk di bangku panjang menunggu pesanan datang.
"Lo nggak makan?" tanya Kafka.
"Enggak, minum aja," jawab Khanza.
Diam-diam Ibu penjual mengamati percakapan mereka dari dalam sambil menyeduh teh. "Habis pacaran dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelah Kos Mantan
RomanceKhanza tak pernah menyangka kalau kepergiannya ke Jakarta akan membawanya kembali bertemu dengan seseorang di masa lalu. Lebih sialnya lagi, Khanza harus menerima kenyataan kalau ternyata kontrakan yang ia tempati, bersebelahan dengan kos mantannya...