6. Truth or Dare

4.9K 228 1
                                    

"Mengapa ketulusanku yang dulu, kau balas dengan penghianatanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa ketulusanku yang dulu, kau balas dengan penghianatanmu. Apa setiaku sudah tidak ada lagi harganya di matamu?"

---Khanza Camelia Ruby

▪︎□▪︎□▪︎□▪︎□▪︎

6. Truth or Dare

Deretan pohon rindang menyambut kedatangan Khanza di area halaman depan rumah. Hawa sejuk langsung merasuki kulit. Khanza menghirup dalam-dalam udara segar yang berhembus. Berkunjungnya ia kemari bukanlah tanpa sebab, melainkan ada rindu yang teramat dalam.

Khanza berdiri di ambang pintu yang terbuka melihat tidak ada penghuni rumah di dalamnya.

"Anyeonghaseyo, yeorobun."

Budhe Ningrum yang baru saja selesai memasak dan berjalan hendak memindahkan semangkuk sayur di atas meja makan itu pun menolehkan badan.

"Surprise!"

"Ya Allah, Khanza!" seru Budhe Ningrum terkejut. Dengan cepat wanita itu meletakkan mangkuk secara asal dan langsung menghampirinya.

"Pagi Budhe," sapanya.

"Ya ampun, Budhe seneng banget akhirnya kamu bisa dateng kesini. Budhe kangen." Budhe memeluk erat dirinya.

"Khanza juga," balasnya sambil membalas pelukan Budhe.

Laki-laki berkaus oblong coklat tua muncul di balik kelambu. Pakde Sarno  namanya. "Siapa yang da--"

"Ya ampun, Khanza?"

"Halo Pakde. Gimana kabarnya?"

Pria paruh baya itu pun ikut mendekat. 

"Mau dateng kesini kok gak bilang-bilang. Alhamdulillah kabar Pakde baik. Gimana kabarmu?"

"Seperti yang Pakde lihat, keponakanmu yang paling cetar membahana ini sangat baik sekali."

"Ayo masuk-masuk, gak baik tamu berdiri lama-lama di depan pintu."  Budhe Ningrum mempersilakan Khanza untuk masuk dan menggiringnya menuju meja makan.

Aroma semangkuk sayur lodeh yang gurih dengan asap mengepul menyambut Khanza setibanya di sana
membuat perut gadis itu keroncongan. Ikan kembung goreng kering, terlihat sangat menggiurkan bila di santap dengan makanan berkuah.

Khanza duduk diam sambil memandang  sekeliling. Tidak banyak yang berubah di rumah ini selain koleksi barang-barang antik Pakde yang makin hari terlihat semakin bertambah banyak.

"Eh, nggak usah repot-repot Budhe." Khanza tidak enak lantaran Budhe Ningrum mengambilkan sepiring nasi untuknya.

"Nggak merepotkan, kok." kata Budhe Ningrum sambil tersenyum simpul.

"Soal oleh-oleh yang kemarin makasih ya, Za. Pake repot-repot bawain tahu Lembang segala."

"Iya Budhe sama-sama."

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang