11. Bersinarlah Seperti Bintang

3.2K 138 6
                                    

"Jadilah seperti bintang, yang hadirnya selalu dinantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadilah seperti bintang, yang hadirnya selalu dinantikan."

•□•□•□•

11. Bersinarlah Seperti Bintang

"Ayo En, cepetan jalannya. Entar kalau telat, gue nggak enak sama yang lain."

"Entar? Hei, Khanza, Sadar. Lo udah telat hampir setengah jam!"

"Makannya lo jalannya cepetan. Dasar siput!"

Umpatan kasar mencelos beberapa kali dari mulut Khanza. Hari yang terik untuk bisa berpikir tenang mengingat lagi dan lagi, Khanza mengulangi kesalahan yang sama, yaitu terlambat datang. Kebiasaan baru sejak tinggal di Jakarta, dan kalau ditanya kenapa, pasti alasannya masih tetap sama. Jalanan hari ini macet parah.

"Salah siapa nonton drakor sampe shubuh? Mamam tuh kesiangan."

"Salah lo lah, ngapain lo nginep di rumah gue, hah? Suara lo ngorok tuh berisik, mau merem aja susah!"

"Gue gak pernah ngorok." Enzi ngeles.

"Ha-ha-ha, dalam mimpi." Khanza tertawa hambar.

Gadis itu fokus mempercepat langkah memasuki area gang sempit yang di apit dua dinding bangunan. Cahaya yang masuk tak sebanyak ketika berada di luar gang. Banyak coretan cat seperti graviti menghiasi dinding beton yang berdiri kokoh. Khanza agak sedikit khawatir sekaligus heran, mengapa pemotretan di adakan di tempat seperti ini yang jauh dari kata pantas.

Bunyi tetesan air, menetes dari celah-celah pipa. Agak jauh di sana, Khanza melihat Dion sedang berdiri seperti menunggu seseorang datang. "Telat lagi?"

Khanza berusaha mengatur napas. Berjalan cepat, membuat tenggorokannya ikut kering. "Sorry, ya, gue telat lagi."

"Gue maklumi, untung tim gue nggak marah." Khanza bisa melihat ada sedikit raut wajah kekecewaan dibalik nadanya yang terdengar lembut.

"Nih, ada sedikit makanan buat yang lain." Khanza memberikan paper bag yang ia bawa dari toko.

Dion melihat isinya. "Roti?"

"Hihi, sekalian promosi." Khanza tertawa renyah.

"Wkwk, oke juga caranya." tanggap Dion.

Khanza menepuk jidat. "Oh, iya, gue hampir lupa." Khanza memperkenalkan orang disampingnya. "Kenalin, Ini sepupu gue Enzi. Lo nggak keberatan kan kalau gue ajak dia ke sini?"

Sejenak Dion diam melihat Enzi. Kemudian mengulurkan tangan "Hai, gue Dion."

"Enzi," balas Enzi singkat.

"Lo gak suka ya sama tempatnya?" tanya Dion melihat Khanza seperti tak nyaman.

"Bukannya gak suka, tapi gue rada aneh."

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang