9. Sketsa dan Batavia

3.4K 153 0
                                    

9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9. Sketsa dan Batavia

Satu hal yang cukup membuat Khanza terkejut sewaktu tiba di Jakarta ialah mengetahui keadaan lalu lintas Ibu Kota. Hampir di semua sudut kota, gadis itu menemukan kemacetan yang luar biasa parahnya.

Seperti saat ini, taksi yang ia tumpangi terjebak dalam kemacetan panjang. Menurut informasi yang diperoleh dari pengemudi mobil di depan, telah terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan dua minibus.

Entah sudah berapa kali Khanza melihat jam di ponselnya. Pasti Dion sudah menunggu. "Aduh, Pak, ini nggak bisa sedikit lebih cepet lagi ya jalannya? Saya udah telat nih mau janjian sama orang."

"Lain kali kalau mau cepet mending Mbak minta disopirin sama Rossi aja deh. Nggak usah minta disopirin sama saya," jawab sang sopir galak.

Khanza megembuskan napas jengah seraya menatap sinis wajah sang sopir melalui pantulan cermin kecil. Setelah menghabiskan lamanya waktu diperjalanan dan melewati semua huru-hara yang terjadi, Akhirnya gadis itu tiba di tempat tujuan.

"Inget, Mbak. Lain kali nggak usah naik taksi, mending nyewa jasa Rossi," pesan sang sopir taksi saat Khanza turun dari mobil. Gadis itu membanting pintu kuat-kuat lantaran jengkel hingga terdengar bunyi 'brak' kemudian sang sopir melenggang pergi setelah menerima sejumlah uang.

Sejenak Khanza melihat sekitar. Ia tidak familiar dengan tempat ini. Sesuatu bergetar di tangannnya.

Dion:
|Udah sampe mana?

Khanza:
Barusan aja turun dari taksi|
Kamu sendiri di mana? |

Dion:
|Kamu shareloc aja
|Biar aku yang nyamperin kamu

Khanza:
Ok |

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Khanza langsung membagikan lokasinya pada Dion. Gadis itu bersandar pada tiang lampu sambil bersenandung merdu. Satu dua orang menatapnya. Barangkali masih mengenali Khanza sebagai youtuber walau sebagian wajahnya kini sudah tertutup masker.

Khanza menyium aroma wangi berseliweran di sekitarnya. Baunya unik, wangi bunga, tapi tidak sampai bikin orang yang menyium baunya jadi pusing.

Makin lama bau itu semakin kuat, Khanza merasakan keberadaan seseorang dibelakangnya.

"Hai," sapa orang itu.

"Lha, elo?"

Lelaki itu sama halnya terkejut seperti Khanza. "Lha, elo? Lo kan yang ada di toko kue waktu itu, right ?"

"Dan lo pelanggan yang paling bawel waktu itu kan?" Khanza masih ingat betul kejadian beberapa hari lalu. Lelaki ini membeli Blood Cookies dari tokonya. "Jadi nama lo Dion?"

"Iya, gue Dion. Jadi nama lo Amel?" Dion mengulurkan tangan mengajak berkenalan.

Khanza menjabat balik tangannya. "Iya, gue Amel."

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang