39. Dejavu

3.5K 154 40
                                    

Nggak nyangka banget ceritaku kemarin trending🥹

Terharu juga karena yang suka cerita ini ternyata banyak banget🥲💗

Putar playlist di atas 🎶  karena lagunya persis banget sama kisah Khanza Kafka.

Putar playlist di atas 🎶  karena lagunya persis banget sama kisah Khanza Kafka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

39. Dejavu

"Adekku yang cantik ini kenapa, sih? kok dari tadi murung terus?"

Kalandra heran dengan Khanza yang seharian ini mengurung diri di kamar. Kerjaannya cuma bolak-balik ambil cemilan, terus balik lagi ke kamar buat rebahan nonton drakor Descendants of The Sun.

Kalandra duduk di samping Khanza. Mengusap lembut kepala adiknya. Kadang ia juga tak habis pikir, kenapa cewek itu selalu mood-mood-an? Bikin kami para pria pusing tujuh turunan.

"Nggak papa, Bang."

"Bohong." Lalu Kalandra mencubit gemas pipinya membuat Khanza mengeluh kesakitan. "Kalau ada apa-apa bilang, Za. Meskipun gue nyebelin gini, gue tetap abang lo."

"Nggak papa, Bang. Im fine."

"Duh, males banget ngadepin cewek. Kalau nggak papa, ya terserah. Jawaban macam itu?"

"Nggak usah dipahami, Bang. Nanti lo gila sendiri."

Biasanya jam segini Khanza selalu kunjungan ke Pelangi Bakery, merecoki pekerjaan Enzi. Kadang jika tidak niat melakukan kunjungan karena faktor malas ke luar rumah. Ia akan memilih bertamu ke Kos Anggrek untuk merumpi.

"Karena perasaan lo lagi buruk hari ini, terus dalam rangka kepulangan lo ke rumah. Gimana kalau hari ini gue traktir lo makan all you can eat?" tawar Kalandra.

"Bener?"

Kalandra mencubit lagi kedua pipi tembam Khanza. "Bener adikku, yang cantik."

Kalau begini, galau setiap hari pun tidak papa. Asal punya Abang berdompet tebal. Semua masalah tidak akan menjadi masalah serius.

--SEBELAH KOS MANTAN--

Kafka memutuskan untuk konsultasi ke dokter karena akhir-akhir ini kepalanya sering terasa sakit. Dia datang sendiri ke rumah sakit. Disuruh menemui dokter bernama Fajar.

"Sejak kapan kepalanya mulai sering terasa nyeri?" tanya Dokter Fajar. Mereka saling duduk berhadapan.

"Sekitar dua hari yang lalu, Dok."

Dokter Fajar mengangguk samar. Membuat catatan kecil di kertas miliknya. Mendengarkan dengan saksama segala keluhan pasien.

"Kepala saya rasanya mau pecah. Seperti memutar rekaman lama yang saya sendiri juga tidak tau itu apa. Karena semuanya masih samar," jelas Kafka panjang lebar.

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang