18. Happy 2 M Subscriber!

2.5K 100 3
                                    

"Rayakan semua pencapaianmu, tak peduli sekecil apapun itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rayakan semua pencapaianmu, tak peduli sekecil apapun itu."

☆◇☆◇☆◇☆

18. Happy 2 M Subscriber!

"Kafka?"

"Seza?"

Tubuh Kafka seketika membeku. Sezanameera, gadis bermata besar yang pernah mengisi masa putih abu-abunya. Gadis yang secara gamblang pernah menyatakan perasaan di depannya tanpa ragu di lapangan sekolah. Dan menjadi salah satu alasan retaknya hubungan yang terjalin antara dirinya dan Khanza.

"Lo di Jakarta?" tanya Seza.

"Lo sendiri?" Kafka balik bertanya.

"Gue udah kerja di sini dari lama," jawabnya. "Gak nyangka ya kita bakal ketemu lagi di sini? Duduk, Kaf." Seza menunjuk kursi kosong di depannya.

Sekarang mereka saling duduk berhadapan.

"Jadi lo yang daftar di posisi fotografer?"

Kafka mengangguk.

"Sebenernya gue udah curiga sih pas baca CV-nya. Ternyata itu beneran lo. Udah lama ya kita nggak ketemu?"

"Gimana kabar lo? Orangtua lo masih suka gebukin lo di rumah?" Kafka berbasa-basi.

Seza tertawa karena Kafka masih mengingat masa pahitnya dulu. "Udah nggak lagi, semenjak gue pergi dan tinggal sendiri."

Seza tak akan pernah lupa dengan jasa Kafka malam itu yang mencegahnya bertemu kematian. Seza akan selalu mengingat kebaikannya meskipun perasaannya tidak terbalaskan.

"Lo sendiri gimana? Masih berhubungan sama Khanza?" Seza mencoba mengulik lebih dalam perihal kehidupan Kafka.

"Masih. Kenapa?"

"Ya gapapa, cuma nanya aja."

Kafka merasa tak nyaman dan canggung  ketika mengobrol dengan Seza. Ada sedikit perasaan kesal jika memutar kenangan lama.

"Gue kehilangan kabar dari lo semenjak kita lulus. Pernah gue suatu hari datang ke rumah lo yang ada di Bandung, tapi katanya nyokap lo udah pindah ke Jakarta." Seza sedih.

"Jangan bilang lo ke Jakarta buat nyariin gue?" tebak Kafka.

"Awalnya, sih. Tapi sekarang enggak lagi. Kan udah ketemu."

Di kondisi saat ini, Kafka harus tetap tenang meskipun ia sendiri sejujurnya muak bercakapan dengan gadis itu. Kafka tetap bertahan hanya demi lolos interview.

"Gue--"

"Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?"

"Emm--oke baik."

Kafka berhasil menghindari obrolan tidak penting dan mendesak Seza untuk memberikan pertanyaan yang sesungguhnya. Pertanyaan yang selayaknya diberikan HRD pada calon karyawan, bukan menggali info lebih dalam tentang kehidupan pribadinya.

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang