22. Safe Flight, Baby!

1.6K 58 0
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. Safe flight, Baby!

Mama Haris kebetulan sedang main ke rumah Kos Anggrek. Biasanya wanita itu akan datang sebulan dua kali untuk menjenguk anak kesayangannya. Poin plus-nya adalah anak Kos Anggrek juga ikut kecipratan rejeki nomplok. Tak jarang dapat kaus baru gratis, makanan cepat saji, dan beberapa kaleng minuman soft drink.

Berhubung hari ini jadwalnya Khanza terbang ke Surabaya, jadi sekalian saja Kafka meminjam mobil Mama Haris sebentar untuk mengantar Khanza pergi ke bandara.

"Ya Allah ya rabbi, kita mau stuck di sini sampai kapan, Kaf? Sampai kita jadi ikan asin?" rengek Khanza tak betah. "Tau gitu kita tadi naik motor aja lebih cepet."

"Terus koper lo yang segede candi borobudur itu mau lo taruh mana? Mau lo sunggi? Penyet, Za."

"Cari alternatif lain kek, gue gak mau sampai ketinggalan pesawat."

"Intinya kalau mau datang tepat waktu, jangan suka ngulur waktu."

Khanza merengut di kursinya. Ia memang bangun kesiangan karena semalam sibuk marathon drakor. Apakah kalian juga sama seperti Khanza? Yang rela begadang demi menuntaskan drama kesukaan dalam sehari saja.

Pandangan Kafka mengarah ke luar jendela di antara asap-asap kendaraan baja. Lelaki itu sedang memikirkan bagaimana caranya bisa membawa Khanza lebih cepat ke bandara.

Kafka melirik arloji di tangannya. "Masih ada waktu buat lo tiba tepat waktu."

"Eh, lo mau ke mana?" seru Khanza tatkala Kafka turun membuka pintu mobil di tengah kemacetan yang sedang parah-parahnya.

Aksinya menghentikkan seorang pemotor yang melaju di antara celah dua kendaraan besar membuat sang pengendara ngerem secara mendadak.

Bapak itu membuka kaca helm. "Ada apa, Mas?"

"Bapak bisa bawa mobil?"

Perlu jeda beberapa saat bagi orang itu untuk menjawab. Mungkin ia masih kaget dihentikan begitu saja di tengah perjalanannya. "Bisa, saya dulu mantan sopir angkot. Kenapa, Mas?"

"Sekarang saya boleh pinjem motor Bapak nggak? Saya mau nganterin pacar saya ke bandara. Kalau naik mobil takut nggak keburu. Nanti gampang deh soal orderan Bapak hari ini biar saya yang tanggung."

"Ini sebagai jaminannya, kalau saya nggak akan kabur." Kafka memberikan ktp-nya karena Bapak itu terlihat ragu-ragu. "Nanti kita janjian di depan kafe Sinar ya, Pak."

"Oke, Mas."

Kafka cepat-cepat kembali ke mobil. "Turun sekarang, Za," perintahnya sambil menurunkan koper dari kursi belakang.

"Kita mau ngapain?"

"Lo mau sampai cepet kan? Turun sekarang."

Khanza tidak protes apa pun dan melakukan apa yang diperintahkan Kafka, tapi sekarang ia dibuat bingung mengapa bisa ada motor di sini.

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang