17. Hukuman
"Khanza, sorry. Anak-anak kos udah pada tau kalau kita balikan."
"Apa?!"
Suara melengking Khanza membuat gendang telinga Kafka seketika berdengung kencang. Suaranya mengalahkan suara cempreng Bu Anggraini kalau sedang marah.
"Lo cerita ke mereka? Aduh, Kafka habis harga diri gue nanti." Khanza tak habis pikir.
"Tenang aja, mereka paham kok. Mereka janji nggak bakal ceng-cengin kita," kata Kafka.
"Pasti Haris kan yang ember?"
"Iya."
Khanza mengepalkan tangan seolah sedang melumat sesuatu. "Beneran minta digorok pake gergaji tuh orang," katanya penuh emosi.
Tiba-tiba Haris dengan tampang tak berdosanya lewat di depannya sambil mengendarai sepeda dan meledek Khanza. "Ekhem, cie-cie yang lagi pacaran. Join boleh kagak?"
"Haris, ini semua gara-gara lo! Tunggu pembalasan gue." Khanza buru-buru melepas sebelah sandalnya lalu melemparkannya ke Haris. Sandal itu melayang jauh setinggi dua meter.
Bugh!
Seseorang meringis kesakitan terkena senjata pamungkasnya, namun sialnya itu bukan Haris.
"Aissh salah sasaran," desis Khanza.
Orang itu terlihat marah besar, mencari sang pelaku yang telah berani menimpuk kepalanya. "Siapa yang berani mukul pejabat negara?" ujarnya sambil menjunjung tinggi sandal milik Khanza.
Khanza menghampiri dengan melompat satu kaki. "Aduh Pak RT saya minta maaf."
Pak RT berkacak pinggang. "Oh jadi ternyata kamu Khanza pelakunya? Pak RT nggak nyangka kamu bisa setega ini sama bapak. Bapak ada salah apa sih sama kamu? Apa karena kamu nggak suka ya saya mencintai Ibu kosmu?" Omongan Pak RT malah melantur ke mana-mana.
"Bu-bukan gitu, Pak. Saya beneran nggak sengaja. Tadinya saya mau nimpuk Haris bukan Pak RT," jelas Khanza sambil menunjuk ke arah Haris yang sedang tertawa terpingkal-pingkal di seberang sana.
"Saya minta maaf, Pak...,"
--SEBELAH KOS MANTAN--
"Ternyata Kafka kalau udah kena cinta bisa begitu ya, George? Dibabu Khanza mau aja."
"Namanya juga cinta, kalau belum dijadiin babu belum bisa dibilang setia."
"Gitu, ya?"
"Kayaknya sih."
George dan Askara tak bisa melakukan apa-apa selain duduk diam melihat temannya dipaksa untuk mengikuti kemauan Khanza berjoget ria di depan kamera. Kafka sudah berjanji akan melakukan apa saja dengan syarat Khanza tidak akan ngambek lagi, tapi ternyata hukuman gadis itu benar-benar di luar nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelah Kos Mantan
RomanceKhanza tak pernah menyangka kalau kepergiannya ke Jakarta akan membawanya kembali bertemu dengan seseorang di masa lalu. Lebih sialnya lagi, Khanza harus menerima kenyataan kalau ternyata kontrakan yang ia tempati, bersebelahan dengan kos mantannya...